"Ternyata pada babak delapan besar harus bertemu. Dan untuk pertama kali, kami menang di situ dan rekor pertemuan kami jadi 1-7."
Menurut Hendra, rekor selalu menang atas Kido/Hendra mungkin membuat Koo/Tan agak terlalu percaya diri.
Baca Juga: Program Latihan Ganda Putri Indonesia Diatur Ulang karena Wabah Covid-19
"Saya juga lebih ngotot dari biasanya. Jadi bisa melewati mereka. Mereka pasangan paling komplet dari segi permainan. Defense bagus dan menyerang juga sama bagusnya. Bisa dibilang mereka musuh bebuyutan kami ha-ha-ha," aku Hendra.
Selanjutnya ada ganda putra China, Cai Yun/Fu Haifeng, yang menjadi lawan Kido/Hendra pada partai final Olimpiade Beijing 2008.
"Pada gim pertama, kami kalah. Pada gim kedua, kami pasrah. Saat itu, Mas Sigit (Pamungkas pelatih ganda putra) teriak jangan nyerah, jangan nyerah karena dari segi strategi tentu sudah tidak akan bisa masuk lagi, kami sudah habis digebukin pada gim pertama," tutur Hendra.
"Mungkin karena mereka terlalu percaya diri setelah menang jauh pada gim pertama, hal itu malah jadi bumerang bagi mereka. Saya akui mereka pasangan yang cepat dan stabil permainannya. Terutama serangannya sangat bahaya dan juga bervariasi."
Lee Yong-dae/Jung Jae-sung (Korea Selatan) menjadi ganda berikutnya yang disegani Hendra.
"Mereka pasangan yang kuat, defensenya nggak gampang ditembus. Terutama Yong-dae. Dia pemain luar biasa, mau dipasangkan sama siapa saja (ganda putra atau campuran) dia bisa mengimbangi," kata Hendra.
"Sedih juga ya mendengar Jung Jae-sung meninggal. Dia pemain yang disiplin, defensenya kuat sekali."
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | djarumbadminton.com |
Komentar