Ketika Fu Haifeng berpasangan dengan Zhang Nan (China), mereka tetap menjadi pasangan berbahaya.
"Pasangan yang sangat bagus dalam cover lapangannya, tidak gampang mati dan juga punya serangan yang bagus. Permainan bola mereka bagus, tipis-tipis," aku Hendra.
Baca Juga: Pemain Independen Malaysia Siap Bersaing demi Tempat pada Piala Thomas
"Saya kira kombinasi Fu Haifeng dengan Zhang Nan lebih sulit dikalahkan dibanding saat Fu Haifeng bersama Cai Yun. Zhang Nan jauh lebih muda. Jadi, yang banyak mengatur di lapangan itu Zhang Nan. Sementara itu saat melawan kami, Cai Yun mulai menurun penampilannya."
Lee Yong-dae juga tetap menjadi ganda putra yang diperhitungkan setelah berduet dengan Yoo Yeon-seong.
"Mereka pasangan yang ulet dan tidak gampang menyerah. Sulit mengalahkan mereka. Dari 13 kali kami bertemu mereka, Lee/Yoo menang tujuh kali atas kami yang memperoleh enam kali kemenangan," kata Hendra.
"Tentunya yang paling menarik saat bisa mengalahkan mereka pada final Asian Games 2014. Kami bermain rubber game, dan akhirnya kami menang. Di situ saya puas, bisa mengalahkan pemain terbaik dunia di rumahnya sendiri," ucap ayah tiga anak itu.
Hendra Setiawan sudah mengukir banyak gelar dalam kariernya yakni medali emas Olimpiade Beijing 2008, empat titel Juara Dunia (2007, 2013 2015, 2019), dua emas Asian Games (2010, 2014) dan dua gelar di All England (2014, 2019).
Hendra Setiawan menjadi ganda putra nomor satu dunia bersama dua pasangan yang berbeda.
Saat berpartner dengan Markis Kido, mereka menduduki puncak ranking ganda putra dunia pada 2007.
Sementara itu, bersama Mohammad Ahsan, mereka pertama kali menjadi nomor satu dunia pada November 2013.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | djarumbadminton.com |
Komentar