Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

5 Fakta Menarik Michael Jordan yang Diketahui dari 'The Last Dance'

By Diya Farida Purnawangsuni - Senin, 18 Mei 2020 | 07:00 WIB
Poster serial dokumenter mengenai legenda NBA, Michael Jordan, dan tim Chicago Bulls pada era 1990-an.
TWITTER.COM/ESPN
Poster serial dokumenter mengenai legenda NBA, Michael Jordan, dan tim Chicago Bulls pada era 1990-an.

BOLASPORT.COM - Sosok Michael Jordan memang sudah menjadi legenda bagi klub Chicago Bulls, NBA, maupun tim nasional basket Amerika Serikat (AS) yang dijuluki "The Dream Team".

Selama berkarier sebagai pebasket, Michael Jordan memiliki segudang prestasi, termasuk di antaranya adalah menjuarai NBA sebanyak 6 kali, meraih 6 titel MVP Final NBA dan 5 gelar MVP NBA, serta menyabet dua medali emas Olimpiade.

Fakta-fakta inilah yang kemudian mendorong ESPN untuk membuat serial dokumenter mengenai Jordan.

Kini, serial dokumenter berjudul "The Last Dance" itu sudah tayang di seluruh dunia dan telah menampilkan delapan dari total 10 episode.

Pekan ini, dua episode terakhir akan diputar.

Baca Juga: Selain Cuan, Inilah Alasan Mike Tyson menggeluti Bisnis Ganja

"The Last Dance" menceritakan perjalanan karier Jordan bersama Bulls pada musim terakhirnya, 1997-1998.

Namun, untuk memperkuat dan memperkaya cerita, ESPN juga menceritakan banyak hal mengenai Jordan, baik kehidupan di lapangan maupun di luar lapangan.

Tak jarang, cerita-cerita yang baru terungkap itu mengagetkan banyak pihak.

Berikut lima fakta menarik Michael Jordan yang diketahui dari "The Last Dance", dikutip BolaSport.com dari Fox Sports Australia.

Baca Juga: Hasil Balapan MotoGP Virtual 4 - Alex Marquez Menang Lagi, Rossi Mulai Bertaji

1. Sosok yang kejam

Olahraga basket memiliki arti yang sangat mendalam bagi Michael Jordan.

Oleh sebab itu, Jordan pun ingin rekan-rekan setimnya memunyai visi yang sama, meski terkadang dia menunjukkan sikap kejam.

Dalam serial "The Last Dance", para eks rekan setim Jordan tidak menahan kenyataan tersebut.

Walau pada akhirnya mereka semua sepakat bahwa hasil yang didapat dari perilaku keji Jordan sangat baik, mereka juga setuju bahwa sosok yang identik dengan nomor 23 itu sangat kasar.

"Dia adalah seorang b***sat, dia adalah seorang yang brengsek, dia melewati batas berulang kali," ucap Will Perdue.

"Namun, seiring berjalannya waktu dan Anda memikirkan kembali apa yang ingin dia capai, Anda akan berkata 'Yah, dia adalah rekan setim yang hebat'," kata Perdue lagi.

Baca Juga: Punya Tujuan Sama Jadi Alasan Alex Rins Tetap Setia dengan Suzuki

2. Sang ayah jadi korban pembunuhan

Michael Jordan memiliki relasi yang sangat dekat dan kuat dengan ayahnya, James Jordan.

Hampir setiap momen terbaik yang didapat Jordan, dilalui bersama sang ayah.

Mulai dari terpilih pada NBA Draft 1984 sampai akhirnya membawa Chicago Bulls menjadi juara NBA untuk kali pertama.

Hal inilah yang kemudian membuat Jordan bak kehilangan arah dan motivasi saat sang ayah menghilang dan belakangan diketahui tewas terbunuh pada tahun 1993.

Jasad James Jordan ditemukan di sebuah sungai dengan luka tembakan peluru di bagian dada.

Dua bulan setelah sang ayah dikebumikan, Jordan memutuskan pensiun dari NBA.

Baca Juga: Saking Kerasnya, Manny Pacquiao Pernah Dipukul KO Hingga Hampir Sekarat

3. Sirkus kokain berjalan di Chicago Bulls terungkap

Pada era 80-an, Chicago Bulls bukanlah tim basket yang dihormati di NBA layaknya Boston Celtics atau Los Angeles Lakers.

Namun, Bulls adalah rumah pertama dan sejati bagi Michael Jordan.

Jordan menembus pentas NBA setelah di-draft sebagai pilihan ketiga putaran pertama oleh Bulls pada tahun 1984.

Saat itu, Bulls sudah mendapat label "sirkus kokain berjalan" dan tanpa menunggu lama setelah masuk ke tim, Jordan muda mengetahui kebenaran isu tersebut.

Dalam sebuah episode, Jordan menjelaskan bahwa dia pernah memergoki rekan-rekan setimnya berkumpul di satu kamar dan berada dalam keadaan setengah sadar.

Baca Juga: Flandy Limpele Masuk, 4 Pelatih Indonesia Ada di Tim Malaysia

4. Mengangkat derajat Nike di olahraga basket dunia

Sebelum Michael Jordan dan Nike berkolaborasi memroduksi sepatu basket "Air Jordan", apparel olahraga asal Amerika Serikat (AS) itu bukanlah pemain utama di olahraga basket.

Pamor Nike kalah tenar dibanding Adidas dan Converse, yang pada saat itu menjadi brand sepatu resmi NBA.

Jordan pun semula mengaku ingin dikontrak Adidas.

Dia bahkan terkesan ogah-ogahan saat Nike pertama kali mendekatinya.

Namun, sikap sosok yang akrab disapa MJ itu mulai berubah ketika sang ayah berhasil membujuknya dan membuatnya berbicara serius dengan kubu Nike.

Sepatu Air Jordan 1 yang menandai kerja sama antara Michael Jordan dan Nike.
AMAZON.COM
Sepatu Air Jordan 1 yang menandai kerja sama antara Michael Jordan dan Nike.

Setelah mencapai kesepakatan dan menghasilkan sepatu "Air Jordan", Nike dan Jordan langsung mencetak lembar uang demi lembar uang.

"Ekspetasi Nike, saat kami menyetujui kontrak, adalah menyelesaikan empat tahun dengan penjualan senilai 3 juta dolar AS (Rp 44 miliar)," ucap agen Jordan, David Falk.

"Dalam setahun, kami menjual 126 juta dolar AS (Rp 1,8 triliun)," kata Falk lagi.

Semenjak itu, Nike langsung menjadi brand terkemuka di olahraga basket dan produk Air Jordan sampai saat ini masih laris manis.

Baca Juga: Francis Ngannou: Tak Bisa Dibayangkan, Pasti Harris Seperti di Neraka

5. Sosok pendendam

Tak banyak yang mengetahui bahwa Michael Jordan memiliki sisi pendendam di dalam dirinya.

Hal ini, salah satunya, terkuak secara luas pada episode "The Last Dance" yang menceritakan rivalitas antara Chicago Bulls dan Detroit Pistons di Wilayah Timur NBA.

Sebelum Bulls akhirnya mendapatkan masa kejayaan, Pistons adalah raja di Wilayah Timur.

Pistons membuktikan hal itu dengan mengalahkan Bulls pada tiga playoffs beruntun (1988, 1989, dan 1990).

Pada playoffs 1988, Bulls kalah dari Pistons pada babak kedua.

Baca Juga: Max Biaggi: Berkat Valentino Rossi, MotoGP Jadi Punya Sosok Antagonis

Musim berikutnya, Pistons menundukkan Bulls pada Final Wilayah Timur.

Hal serupa juga terjadi pada Final Wilayah Timur playoffs 1990.

Jordan dan Bulls baru bisa membalas kekalahan beruntun mereka pada musim berikutnya.

Tak tanggung-tanggung, kala itu Bulls mengalahkan Pistons dengan skor 4-0 pada Final Wilayah Timur jilid ketiga.

Pebasket Detroit Pistons, Isiah Thomas (depan), dan Michael Jordan dari Chicago Bulls masih menjadi rival sampai sekarang.
YAHOO SPORTS
Pebasket Detroit Pistons, Isiah Thomas (depan), dan Michael Jordan dari Chicago Bulls masih menjadi rival sampai sekarang.

Ironisnya, tak seperti sikap Jordan dan Bulls yang selalu mengakui keunggulan Pistons pada tiga musim sebelumnya, Isiah Thomas dkk justru tak pernah mengucapkan selamat atas kemenangan Bulls pada playoffs 1991.

Alih-alih bersikap sportif, Thomas dkk malah meninggalkan lapangan sebelum pertandingan betul-betul selesai.

Hal ini terus diingat Jordan dan berimbas terhadap hubungannya dengan Thomas yang sampai sekarang masih belum baik.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Diya Farida Purnawangsuni
Sumber : Fox Sports Australia
REKOMENDASI HARI INI

ONE Championship - Pertarungan Dua Johan, Ghazali dan Estupinan Siap Adu Gaya di ONE 170

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Klasemen

Klub
D
P
1
Liverpool
12
31
2
Man City
12
23
3
Chelsea
12
22
4
Arsenal
12
22
5
Brighton
12
22
6
Tottenham
12
19
7
Nottm Forest
12
19
8
Aston Villa
12
19
9
Fulham
12
18
10
Newcastle
12
18
Klub
D
P
1
Persebaya
11
24
2
Persib
11
23
3
Borneo
11
21
4
Bali United
11
20
5
Persija Jakarta
11
18
6
PSM
11
18
7
PSBS Biak
11
18
8
Arema
11
18
9
Persita
11
18
10
Persik
11
15
Klub
D
P
1
Barcelona
14
34
2
Real Madrid
13
30
3
Atlético Madrid
14
29
4
Villarreal
13
25
5
Athletic Club
14
23
6
Osasuna
14
22
7
Girona
14
21
8
Mallorca
14
21
9
Real Betis
14
20
10
Real Sociedad
14
18
Klub
D
P
1
Napoli
13
29
2
Atalanta
13
28
3
Inter
13
28
4
Fiorentina
13
28
5
Lazio
13
28
6
Juventus
13
25
7
Milan
12
19
8
Bologna
12
18
9
Udinese
13
17
10
Empoli
13
16
Pos
Pembalap
Poin
1
J. Martin
404
2
F. Bagnaia
388
3
M. Marquez
320
4
E. Bastianini
320
5
B. Binder
183
6
P. Acosta
181
7
M. Viñales
163
8
F. Morbidelli
140
9
F. Di Giannantonio
139
10
A. Espargaro
136