BOLASPORT.COM - Presiden APPI, Firman Utina meminta PSSI bisa menyelesaikan permasalahan pemotongan gaji pemain sebelum kompetisi kembali digelar.
PSSI tengah menjadi sorotan setelah Federasi Internasional Asosiasi Pesepak Bola Profesional (FIFPro) melontarkan kritik yang menilai induk organisasi sepak bola nasional itu tidak memperhatikan kesejahteraan pemain di tengah virus corona (Covid-19).
Kritik FIFPro didasarkan pada surat keputusan PSSI yang dikeluarkan pada Jumat (27/3/2020) tentang pemberian izin kepada klub peserta Liga 1 dan Liga 2 untuk memotong gaji pemainnya hingga 75 persen.
Pada dasarnya PSSI membuat keputusan tersebut untuk mensiasati persoalan finansial yang tengah dihadapi klub.
Baca Juga: Jawaban Indra Sjafri Mengapa Liga 1 dan 2 Harus Digulirkan Kembali
Tetapi meski sudah ada surat tersebut, tak semua klub memenuhi keputusan tersebut, bahkan ada yang hanya membayar 10 persen.
Namun, yang menjadi permasalahan di sini adalah keputusan pembayaran gaji sebesar 25% sejak Maret-Juni merupakan hal yang seharusnya disepakati kedua belah pihak.
Dan seharunya federasi tidak bisa melakukan keputusan sepihak untuk permasalahan gaji pemain.
Bahkan sebelumnya permintaan Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) yang menjadi corong seluruh pemain Indonesia tak digubris.
Setelah ada kritik keras Fifpro tersebut baru PSSI membuka pintu diskusi untuk semua stake holder demi membahas persoalan-persoalan seputar kontrak di masa pandemic virus corona ini.
General Manajer APPI, Ponaryo Astaman mengatakan bahwa dengan adanya yang terjadi itu menjadikan sebuah pelajaran baru untuk sepak bola Indonesia.
“Bagaimana cara yang benar dalam menangani seluruh stakeholder dalam sepak bola di Indonesia, dan ini butuh sinergi dari semuanya,” kata Ponaryo Astaman dalam Webinar APPI.
Tak hanya itu, kenapa PSSI menjadi sorotan karena memang PSSI menjadi federasi sepak bola satu-satunya yang mengambil langkah tanpa ada negosiasi terlebih dahulu.
Bahkan di Asia Tenggara Indonesia memiliki pemotongan gaji pemain paling tinggi dengan 75 persen tanpa negosiasi.
Sedangkan untuk Malaysia pemotongan gaji dari 5-10 persen, dan Thailand sebesar 50 persen untuk pemotongan gaji.
Baca Juga: Line-Up Bayer Leverkusen Vs Bayern Muenchen - Kai Havertz Absen Akibat Cedera
“Federasi PSSI menjadi satu-satunya negara yang membuat keputusan seperti ini (tanpa negsiasi). Tentu ini hal yang tidak bisa diterima oleh FIFPro. Karena itu mereka sampaikan dalam surat teguran,” ucapnya.
“Sekarang kita lihat ada perbaikan dari proses negosiasi dan yang dijalankan oleh PSSI. Saat ini mereka merangkul semua stake holder, klub, pelatih dan pemain. Ini sebuah langkah positif, dan ini yang harusnya dilakukan oleh PSSI.”
Meski saat ini ada diskusi antara pemain dan klub, tapi belum juga terlihat selesai permasalahan mengenai pemotongan gaji tersebut.
Hal itu karena sebelumnya ada beberapa tim yang memberi gaji tidak sesuai dengan SK PSSI, bahkan di Liga 2 rata-rata pemain hanya diberi gaji 10-15 persen saja.
Untuk itu, sebagai Presiden APPI, Firman Utina meminta agar PSSI bisa menyelesaikan lebih dulu permasalahan gaji para pemain yang belum tuntas itu.
Pada dasarnya tak hanya soal pemotongan saja, tapi ada beberapa klub yang belum memberikan gaji kepada para pemainnya.
Agar tidak menumpuk dan menjadi masalah dikemudian hari, APPI meminta penyelesaian bisa dilakukan dengan cepat.
“Jangan sampai setelah liga berjalan nantinya kasus-kasus numpuk, dan akhirnya bukan hanya pemainnya yang rugi. Tapi bahkan negara kita malu di mata dunia,” tutur Firman Utina.
“Jangan sampai hal-hal ini dicuekin saja atau mengambil jalan sendiri-sendiri (klub atau federasi). Yang pasti mengalami kerugian untuk negara kita nantinya,” katanya.
Editor | : | Mochamad Hary Prasetya |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar