Sang presiden dilanda dilema. Ia yakin Sacchi dapat membawa kesuksesan, tetapi ogah membiarkan Capello meretas kejayaan di klub lain.
Akhirnya, Berlusconi menjaganya tetap di Milan dengan memberi kesempatan bekerja di institusi klub serta mengenyam pendidikan pada berbagai bidang.
Capello memperkaya skill teknis sepak bola dengan psikologi, manajemen akuntansi, administrasi bisnis, komunikasi, sumber daya manusia, sampai kemampuan bahasa Inggris dan Prancis.
Sedemikian besar keyakinan Berlusconi menilai Capello sebagai investasi, sehingga hasilnya bisa terlihat saat dia melatih tim utama.
Sejak menggantikan Sacchi pada 1991, Capello dan Milan menjadi penguasa Italia, bahkan Eropa. Dalam lima tahun, dia mempersembahkan sembilan gelar.
Inti kisah tersebut ialah kesuksesan Capello di Milan, walau langsung menukangi klub besar, tidak muncul secara instan pula.
Pada kasus Pirlo, masalah dan perdebatan muncul karena eks maestro lini tengah itu tak pernah mengalami fase-fase penempaan seperti Inzaghi ataupun Capello dan para pendahulunya yang lain.
Para dedengkot di dunia kepelatihan seperti Marcello Lippi, Giampiero Ventura, hingga yang lagi meroket, Gian Piero Gasperini, juga melakoni masa gavetta dengan klub-klub minor, bukan langsung memulainya sebagai pelatih tim utama di klub top.
Baca Juga: Jadwal Semifinal Liga Europa - Sevilla vs Man United, Inter Milan vs Shakhtar Donetsk
Di antara para pelatih muda sedekade terakhir yang langsung dipromosikan ke tim utama klub besar, mayoritas mengenyam pengalaman di level junior lebih dulu.
Vincenzo Montella, Andrea Stramaccioni, atau Filippo Inzaghi dan Cristian Brocchi termasuk kategori ini.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar