Tak sekadar motor lawas, Espargaro juga harus bersabar karena jatah tiga mesin yang dia dapat membuat mekanik tim Tech3 memutar otak untuk 'berhemat'.
Agar bisa bertahan dengan tiga mesin hingga akhir musim, Espargaro dan kru harus membatasi putaran mesin ke angka 500 rpm per gigi.
Motor YZR-M1 milik Espargaro kala itu juga tidak dilengkapi dengan fitur perseneling otomatis sehingga kehilangan sepersekian detik per lap dari pembalap pabrikan.
"Kemudian kami harus bersaing dengan Jorge Lorenzo pada masa jayanya dan Valentino Rossi," tutur Espargaro, dilansir BolaSport.com dari Motosan.
Baca Juga: Gaet Manusia Pertama yang Bisa Lawan Alien, Aprilia Siap Jadi Tim Pabrikan Tulen di MotoGP
"Bagi saya yang seorang debutan, hal itu hampir mustahil dan saya benar-benar merasa tidak nyaman," imbuhnya.
Espargaro akhirnya melakukan perjudian untuk memperbaiki prestasinya di MotoGP.
Sadar bahwa Valentino Rossi belum memiliki niat untuk pensiun, Espargaro meminta manajernya untuk menerima tawaran dari pabrikan mana pun.
Espargaro pun sepakat untuk bergabung dengan KTM yang kala itu baru merencanakan musim debut di kejuaraan kelas premier di MotoGP.
Baca Juga: Usia Tak Bisa Bohong, 2 Faktor U yang Jadi Tantangan Valentino Rossi Bertahan di MotoGP
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Motosan.es |
Komentar