BOLASPORT.COM - Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, membawa pulang medali perunggu dalam debutnya pada Olimpiade Tokyo 2020.
Medali perunggu yang didapat Anthony Sinisuka Ginting tersebut sangat berarti sebab membayar penantian 17 tahun tunggal putra Indonesia akan medali Olimpiade setelah Taufik Hidayat (emas) dan Sony Dwi Kuncoro (perunggu) pada Olimpiade Athena 2004.
Sebelum meraih medali, Anthony Sinisuka Ginting harus berjuang untuk bisa bertanding pada turnamen level superseries pada Indonesia Open 2015.
Baca Juga: Kisah Anthony Ginting yang Ingin Menyendiri Usai Kalah dari Chen Long
Anthony berada di daftar tunggu turnamen Indonesia Open 2015, sementara dua rekannya, Jonatan Christie dan Ihsan Maulana Mustofa saat itu sudah terkonfirmasi masuk.
Pada menit akhir, Anthony akhirnya bisa ikut babak kualifikasi dan bahkan menembus babak perempat final.
Setelah itu kurang dari 10 tahun, pemain berusia 24 tahun itu mendapatkan medali perunggu Asian Games 2018 dan Olimpiade Tokyo 2020.
"Tidak menyangka, tetapi saya bersyukur karena saat masuk pelatnas. Saya sempat bertemu dengan senior-senior macam Sony (Dwi Kuncoro), Simon (Santoso), Tommy (Sugiarto), dan Hayom (Dionysius Hayom Rumbaka)," kata Anthony dilansir BolaSport.com dari Badminton Indonesia.
"Mereka menjadi ujung tombak tunggal putra. Dari mereka, saya banyak belajar. Setelah itu, seperti sudah dibukakan saja jalannya karena akhirnya saya, Jonatan, dan Ihsan dipercaya menjadi ujung tombak."
"Padahal, di atas kami masih ada beberapa nama yang sebenarnya punya potensi. Dan semua tidak terlepas dari peran Koh Hendry (Saputra Ho) pelatih kami," ucap Anthony.
Meski masih belia dan terhitung minim pengalaman mengikuti turnamen internasional level elite, Hendry optimistis dengan kemampuan Anthony dan kawan-kawan.
"Saat itu, dilihat dari hal dan aspek apapun, saya, Jonatan, dan Ihsan memang belum siap menjadi ujung tombak. Beruntung kami punya pelatih seperti Koh Hendry yang bisa mendorong untuk naik level," aku Anthony.
Baca Juga: Marquez Semakin Agresif dan Dianggap Kurang Pantas Gantikan Rossi sebagai Ikon MotoGP
"Kalau bisa dibilang ya sangat keras didikan dan latihannya dari fisik, mental, dan semuanya. Karena kan memang harus cepat perkembangannya untuk bersaing pada turnamen-turnamen level atas," ucap Anthony.
"Jadi waktu itu kami ditempa untuk tidak memikirkan menang atau kalah. Yang kami pikirkan adalah latihan dan pertandingan. Puji Tuhan sekarang sedikit-sedikit bisa sampai di titik ini," ujar Anthony.
Setelah mendapat medali perunggu, Anthony tidak lekas puas dengan pencapaiannya.
"Olimpade Tokyo 2020 digelar dengan banyak pembatasan dan aturan-aturan yang ketat karena pandemi Covid-19, Mungkin hal ini membuat euforia Olimpiade menjadi kurang semarak," kata pemain kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu.
Jika turun pada Olimpiade Paris 2024, Anthony berharap bisa segera terlepas dari pandemi.
"Memang terasa sekali hype Olimpiade di Tokyo kemarin kurang semarak. Paling terasa karena tidak ada penonton. Bahkan rasanya sangat berbeda dengan Asian Games dan Youth Olympic yang saya sempat ikuti," tutur Anthony.
"Semoga di Paris nanti, semua sudah kembali normal dan kita bisa merasakan lagi aura Olimpiade yang sebenarnya," ucap Anthony.
Baca Juga: Greysia/Aprilia Berbincang 30 Menit dengan Jokowi Sebelum Terima Bonus Olimpiade
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Badminton Indonesia.org |
Komentar