Mereka berdua, bersama 12 anaknya, diboyong oleh pemerintah Belanda ke Negeri Kincir Angin pada masa penjajahan.
Simon sendiri lahir di barak penampungan tentara KNIL yang berada di Belanda.
Baca Juga: Alasan Persipura Lebih Pilih Gelar Gim Internal daripada Uji Coba
"Saya lahir di kamp barak Vught. Ketika saya berusia lima tahaun, kami pindah ke sebuah rumah di Tiel," ucap Simon Tahamata dalam sebuah wawancara dengan AD.nl pada 2017 silam.
"Kami tinggal di sana dengan 60 keluarga Maluku lainnya. Saya ingat sekali saya sampai di sana pakai bus," tambahnya.
Simon Tahamata mengaku keluarganya tak pernah mengingat masa-masa perang selama berada di Indonesia.
Sebab, kedua orangtuanya sibuk membangun kehidupan baru di Belanda.
Baca Juga: Jake Dixon Akan Jadi Tandem dengan Valentino Rossi pada MotoGP Inggris 2021
Kendati demikian, sepanjang kariernya Simon tak pernah menyembunyikan identitasnya.
Banyak masyarakat Belanda yang mengira jika Simon merupakan pemain berdarah Suriname.
Tetapi dia selalu menegaskan bahwa darah yang mengalir dalam tubuhnya adalah darah orang Maluku yang berasal dari Indonesia.
"Sampai sekarang (2017), banyak orang mengira saya dari Suriname. Saya jujur di media dan dunia sepakbola kalau saya orang Maluku," tutur Simon Tahamata.
Baca Juga: Kondisi Fisik Ada Progres, Pelatih Persela Lamongan Apresiasi Pemain
Editor | : | Hugo Hardianto Wijaya |
Sumber | : | Ad.nl |
Komentar