Selain itu, dia kehilangan ayahnya pada 26 Juli 2020 karena sakit, dan pandemi COVID-19
juga telah mengganggu hidupnya.
Menurut Marin, pelatihnya, Fernando Rivas, telah memainkan peran penting dalam hidupnya.
"Saya percaya pada takdir yang menempatkan Fernando di jalurnya. Dia datang menemui saya ketika saya berusia 13 tahun dan saya telah berlatih di Madrid sejak saya berusia 14 tahun. Fernando mengizinkan saya untuk membuat bulu tangkis terkenal di negara saya," tutur Marin.
"Tidak ada yang tahu bagaimana mengeja kata 'bulu tangkis' saat itu! Orangtua saya sangat berani membiarkan saya pergi ke Madrid untuk berlatih ketika saya berusia 14 tahun. Saya masih kecil," ucap Marin.
Marin juga menceritakan pertengkaran dengan Ibunya sat dia sedang merintis karier bulu tangkis.
"Saya tidak banyak bertengkar dengan ayah saya. Dengan ibu, ya kami sering bertengkar karena kami berdua memiliki karakter yang kuat. Saya juga sering bertengkar dengan pelatih saya."
Ketika berbicara tentang faktor kunci di balik kesuksesannya dengan membandingkan antara bakat versus kerja keras, dia memilih yang terakhir.
"Saya sedikit percaya pada bakat dan lebih percaya akan kerja keras. Saya mulai bermain ketika saya berusia delapan tahun. Pada usia 20 tahun, saya berlatih sembilan jam sehari," kata Marin.
Baca Juga: Hal yang Ditakutkan Valentino Rossi Usai Gantung Helm dari MotoGP
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | badmintonplanet.com |
Komentar