BOLASPORT.COM - Peristiwa seputar pemutusan awal kontrak pembalap asal Spanyol, Maverick Vinales, dan Yamaha menjadi bahan pembicaraan pada MotoGP.
Maverick Vinales resmi tidak menjadi pembalap Yamaha pada 20 Agustus kemarin setelah masalah sabotase mesin pada GP Styria menjadi puncak ketidakcocokan antara pembalap asal Spanyol tersebut dengan Yamaha.
Retaknya hubungan Maverick Vinales dan Yamaha mulai tampak setelah Vinales finis paling buncit pada MotoGP Jerman.
"Entah bagaimana saya mulai merasa ketika saya datang berlomba situasinya mulai seperti mimpi buruk," kata Vinales saat itu, dilansir dari Crash.
"Selama tiga tahun saya mendapatkan komentar yang sama. Saya cuma ingin mengeluarkan potensi maksimum. Saya ingin murni berlomba dan memberikan segalanya. Sekarang sulit. Ketika datang berlomba saya cuma berpikir masalah apa yang akan saya dapat kali ini?
"Ini adalah sebuah masalah. Saya seorang pejuang."
Itu adalah komentar paling menyentuh dalam permintaan maaf yang rendah hati dari Maverick Vinales yang awalnya mendapat sanksi tidak boleh tampil pada GP Austria.
Baca Juga: Kronologi Vinales Tanda Tangani Kontrak Aprilia dan Harapan Jadi Penantang Espargaro
Vinales menjelaskan bahwa emosinya sudah tidak terkendali pada GP Styria. Dia memulai dengan baik pada balapan pertama, tetapi bendera merah datang setelah tiga lap akibat hujan turun.
Maverick Vinales dinilai Yamaha telah melakukan tindakan fatal terhadap mesin motornya sehingga berpeluang membahayakan mesin motor, dirinya sendiri, dan para pembalap lain pada MotoGP Styria 2021 di Red Bull Ring.
Permintaan maafnya yang menyesal tidak cukup untuk menghentikan jeda dengan tim di mana ia merayakan delapan kemenangan MotoGP dalam 4,5 tahun.
Juara dunia Moto3 dan pemenang GP 25 kali memberikan hasil sangat fluktuatif musim ini.
Managing Director Yamaha, Lin Jarvis dalam wawancara dengan Speedweek mengatakan bahwa pernyataan negatif yang dikeluarkan Vinales sulit diterima Yamaha.
Jarvis membenarkan ada klausul dalam kontrak yang mewajibkan pembalap menghindari kalimat kontroversial.
"Tentu saja ada beberapa hal yang tidak bisa dikatakan. Namun, Anda tidak bisa menghentikan pembalap mengeluarkan isi hati mereka. Ada batas yang tidak boleh dilewati dalam konteks ini," kata Jarvis.
Baca Juga: MotoGP Aragon 2021 - Rasa Penasaran Valentino Rossi Taklukkan Aragon
"Anda tidak akan bertambah cepat dan meningkatkan performa jika hanya mengkritik tim, pabrikan, dan teknisi. Itulah faktanya. Anda bisa mengatakannya dalam pertemuan tertutup, tetapi tidak boleh mengungkapkannya kepada publik."
"Tentu saja, kami berbicara dengan dia sesudahnya. Kami mengeluhkan masalah itu kepadanya. Namun, contoh ini menunjukkan masalahnya secara nyata. Seorang pembalap mungkin harus lebih banyak bekerja di balik layar dan membangun tim yang kuat."
Jarvis tidak mengelak bahwa ada faktor kesalahan Yamaha di balik pencapaian Vinales yang kurang memuaskan.
Jarvis juga menegaskan bahwa Yamaha tidak memiliki niat mencegah pembalapnya sendiri meraih hasil bagus dalam kejuaraan.
"Semua pembalap harus memikirkan kesalahan mereka sendiri," ujar Jarvis lagi.
Seperti dilansir BolaSport.com dari Speedweek, kejadian Vinales mengingatkan kasus tim Suzuki Lucky Strike yang memecat John Kocinski (Amerika Serikat/AS).
Kocinski dituduh sengaja menghancurkan mesin 250cc-nya di Assen. Kejadian itu mengakhiri hubungan antara kedua pihak pada 1993.
Baca Juga: Simulasi Piala Beregu - Reza 'Nothing to Lose' Bertandem dengan Hendra
Namun, Kocinski tidak mengakui apa pun dan juga tidak meminta maaf. Dia berulang kali membantah tuduhan itu.
"Saya tidak membahayakan motor. Saya bahkan belum pernah meninju tangki dalam hidup saya," ujar Kocinski.
Tetapi bos tim KTM Tec3, Herve Poncharal (sekarang ketua IRTA- Asosiasi tim balap MotoGP) bersikeras bahwa Kocinski sengaja meledakkan mesin. Saat itu, belum ada elektronik onboard yang akan mengungkapkan kebenaran.
Seperti Kocinski, Vinales juga punya cerita. Ketika dia meninggalkan tim Moto3 pada 2012 karena kurangnya dukungan untuk balapan dan hanya untuk meminta maaf secara terbuka.
Kesehatan mental menjadi faktor penyebab frustasi Vinales di Yamaha.
Ada sudut pandang lain. Semua orang ini, termasuk Vinales memiliki pekerjaan impian. Dia harus menerimanya dan diam hingga melampiaskan kemarahan pada tim atau peralatan.
"Yamaha memiliki kesempatan menawarkan dukungan psikologis yang realistis dan pengertian kepada pembalap bermasalah. Hal yang sama berlaku untuk MotoGP," ucap salah satu jurnalis MotoGP kawakan.
"Hanya atlet yang secara pribadi menderita krisis seperti pemain tenis atau pesenam. Namun, krisis menjadi risiko potensial ketika Anda mengelilingi trek dengan motor MotoGP dengan kecepatan 360 km/jam di tengah para pesaing."
Vinales kini akan memulai petualangan baru dengan menjadi pembalap Aprilia mulai seri balap MotoGP Aragon 2021, 10-12 September.
Baca Juga: Kevin Absen, Marcus Dipasangkan dengan Pemain Muda pada Simulasi Beregu
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar