BOLASPORT.COM - Kisah Maverick Vinales di Yamaha tidak berakhir dengan baik. Namun, tak ada lagi perasaan sakit hati dalam diri The Top Gun.
Drama perseteruan Yamaha dengan pembalap mereka sendiri, Maverick Vinales, menjadi salah satu sorotan pada MotoGP tahun lalu.
Digadang-gadang menjadi ujung tombak Yamaha, Maverick Vinales justru kalah cepat dengan rekan setim barunya, Fabio Quartararo.
Kemenangan pada seri pembuka di Qatar barangkali menjadi momen satu-satunya di mana Vinales terlihat semringah.
Baca Juga: Tersingkir dari MotoGP karena Berat Badan, Petrucci Cetak Rekor usai Menangi Lomba Reli Dakar
Vinales akhirnya hanya bertahan setengah musim—lebih sedikit—di Yamaha.
Juara dunia pertama Moto3 tersebut sepakat untuk hengkang dari pabrikan Iwata ketika kejuaraan menyisakan tujuh seri.
Aksi blayer motor pada MotoGP Styria yang diklaim bisa merusak mesin motor membuat Yamaha menyudahi kiprah Vinales di tim mereka.
Hubungan yang berakhir dengan kurang mengenakkan tak membuat Vinales menyimpan dendam dengan pabrikan yang sudah dibelanya selama 4,5 tahun itu.
Baca Juga: Filosofi Shin Tae-yong Mau Ditiru dalam Persiapan MotoGP Indonesia
"Saya hanya ingin mengatakan hal-hal baik tentang mereka," kata Vinales, dilansir BolaSport.com dari The-Race.
"Itu karena saya tidak memiliki keburukan apapun untuk dikatakan."
Vinales tidak menampik bahwa ada penyesalan di balik keputusannya untuk hengkang dari Suzuki ke Yamaha pada 2017.
Suasana tim yang sudah memberi kenyamanan ditinggalkan Vinales untuk memperjuangkan mimpi bersama Yamaha yang disebutnya memiliki motor juara.
Baca Juga: Patahkan Prediksi Pengamat, Marc Marquez Siapkan Diri Ngegas di MotoGP 2022
Pendapat Vinales soal motor Yamaha YZR-M1 tidak berubah walau impiannya tak pernah terwujud sampai kepindahannya.
"Pada akhirnya Anda bis melihat motornya berada di level yang luar biasa, dan saya selalu mengatakan bahwa motornya fantastis," tutur Vinales.
"Kami tidak tahu secara pasti kenapa kami tidak bisa membuatnya bekerja dengan baik."
"Terkadang saya merasa tak terkalahkan dan pada lain kesempatan saya berada paling belakang. Saya menjadi gila karenanya."
Baca Juga: Antuasiasme Tonton MotoGP Indonesia 2022 Besar, Tiket Termahal Terjual Habis
Posisi finis buncit yang didapat Vinales pada MotoGP Jerman tahun lalu memang disinyalir memicu keinginan Top Gun untuk hengkang.
Kini, Vinales memilih menepikan pengalaman buruknya dalam menilai motor yang membawanya meraih delapan kemenangan di kelas premier.
"Motornya berada di level yang luar biasa. Anda bisa melihatnya dengan segera, motornya fantastis," ucap Vinales.
"Bagaimanapun, itu bukan tantangan buat saya, jadi saya mengambil tantangan sesungguhnya," sambungnya.
Baca Juga: Spaniard Connection dan Tekad Maverick Vinales Bareng Tim Gurem
Vinales telah membuka lembaran baru dalam kariernya dengan bergabung bersama Aprilia.
Peluang mengangkat prestasi Aprilia di kelas MotoGP memberi Vinales semangat untuk memberikan yang terbaik.
"Terkadang saya ingin terlibat dalam proses ini, untuk membawa sebuah pabrikan kembali ke posisi teratas, seperti kami dahulu," ujar Vinales.
"Ini sangat memotivasi saya. Tantangan ini berbeda, tetapi inilah yang membuat saya bersemangat."
"Saya ingin menjadi seorang juara, tetapi juga saya ingin melakukan sesuatu yang spesial, bukan seperti apa yang orang-orang lain lakukan."
Baca Juga: Saat 1 Momen Sial Jorge Lorenzo Bikin Dream Team Repsol Honda Bubar
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | The-race.com |
Komentar