Menurut dia, setidaknya membutuhkan 6 juta dolar AS atau sekitar Rp 85 Miliar untuk mendatangkan peralatan teknologi VAR.
Biaya tersebut belum termasuk merekrut pakar VAR dan pembinaan kepada wasit lokal.
“Jadi ada program normal dan ada program percepatan. Salah satu konsultan VAR sudah datang ke LIB kita bisa ikut program percepatan dengan mendatangkan pengajarnya,” kata Hadian.
“Menurut kami itu lebih efisien. Dan peralatannya bisa kita beli lebih dulu, dan kita uji cobakan.”
“Untuk Live Training akan dilakukan dengan didampingi, karena tidak semua keputusan bisa di VAR kan, misalnya pinalti dan kartu merah.”
Namun, hingga saat ini belum ada perkembanganu terbaru soal renacan penggunaan VAR di Liga 1 musim depan.
View this post on Instagram
Editor | : | Metta Rahma Melati |
Sumber | : | Bharian.com.my |
Komentar