Karena itu, Timnas Indonesia hanya punya 57000 pilihan untuk tampil di setiap turnamen, sebuah pilihan yang terlalu sedikit untuk sebuah negara berpenduduk besar di dunia.
Nama-nama seperti Marselino Ferdinan, Kakang Rudianto, Ruy Arianto, dkk. harusnya dapat diperoleh dengan mudah melalui kampanye masif untuk memasyarakatkan olahraga seperti yang dilakukan Pemerintah Indonesia pada tahun 1980-an.
Hasilnya, Indonesia rutin juara umum SEA Games sampai 1997 dan berhasil merebut emas pertama di Olimpiade.
Kampanye masif itu bisa dilakukan Federasi bekerjasama dengan klub di masing-masing kota (minimal untuk klub Liga 1 dan 2) untuk membentuk kompetisi internal secara rutin selama sembilan bulan tiap tahun dari usia 6 hingga 17 tahun.
Baca Juga: Piala Asia Wanita 2022: China Juara, Vietnam Ukir Sejarah Lolos ke Piala Dunia
Setidaknya apa yang sudah dilakukan Persebaya Surabaya kepada kompetisi internal mereka patut dijadikan contoh bagus klub-klub Indonesia lainnya untuk menambah angka partisipasi di akar rumput.
PSSI ada baiknya melupakan target tinggi sementara waktu kepada setiap pelatih Timnas untuk meraih juara di turnamen tertentu sebelum partisipasi bisa dibangun.
Seandainya jika Indonesia berhasil memiliki 3 juta pemain, berapa piala yang bakal dibawa pulang ke tanah air?
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar