“Anda memiliki orang-orang yang berada di dalam kotak, menyundul bola menjauh, tetapi tidak bisa bermain.”
“Anda juga memiliki pemain bertahan yang sangat bagus dengan bola, tetapi tidak bisa bertahan.”
“Trennya sekarang adalah semua bek cukup lengkap. Mereka semua cepat, mereka semua kuat, mereka bisa bermain dengan bola. Levelnya berbeda,” kata De Ligt menambahkan.
Lebih lanjut lagi, ia juga memuji Giorgio Chiellini terkait keseimbangan yang dihadirkannya ketika bermain.
Baca Juga: Awas Man United, Kepergian Marcus Rashford bakal Timbulkan Kerugian
Matthijs de Ligt: “Chiellini? He is now 37. And right now he plays like he is reading a book. He knows: ‘OK, this situation will happen, and then this will happen now.’ And obviously he didn’t have this when he was 20,” he told The Guardian. pic.twitter.com/1i4aRqrNU0
— Max Statman (@emaxstatman) March 12, 2022
“Misalnya, Giorgio (Chiellini) sekarang berusia 37 tahun. Saat ini dia bermain seperti sedang membaca buku,” kata de Ligt.
“Dia tahu, 'Oke, situasi ini akan terjadi, dan kemudian ini akan terjadi sekarang.' Jelas dia tidak memiliki ini ketika berusia 20 tahun.”
“Jadi dengan pengalaman, dia belajar. Tapi itu juga sedikit tentang memiliki perasaan. Perasaan di mana ada sesuatu yang salah, atau di mana orang itu akan mengoper bola.”
“Itu sesuatu yang sangat alami, dan saya pikir semua bek yang bagus di dunia memiliki ini,” tutur De Ligt.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | The Guardian |
Komentar