BOLASPORT.COM – Matthijs de Ligt mengungkapkan bahwa bek terbaik seperti Giorgio Chiellini mampu bermain dengan baik seperti sedang membaca buku.
Bek muda Juventus, Matthijs de Ligt, saat ini menjadi tumpuan di lini pertahanan Si Nyonya Tua.
Bergabung bersama Juventus pada bursa transfer musim panas 2019 lalu, eks pemain Ajax Amsterdam ini menjalankan peran vital di Turin.
Ketika bermain di Ajax, ia mampu menjadi salah satu pemain muda berbakat dan potensial yang dimiliki oleh Belanda.
Kemampuannya kian berkembang seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya pengalaman dalam bermain.
Matthijs de Ligt belajar banyak dari rekan-rekannya ketika bermain, terutama dengan rekan sesama pemain bertahan.
Baca Juga: Tambah Suram, Otoritas Liga Inggris Diskualifikasi Roman Abramovich
Jika di Juventus ia mendapat mentor bek veteran berusia 37 tahun dalam diri Giorgio Chiellini, maka di timnas Belanda ia juga beruntung.
Tandemnya di timnas Belanda adalah Virgil van Dijk, bek Liverpool yang saat ini disebut-sebut sebagai salah satu defender terbaik di dunia.
Pengalaman dan kesempatan yang dimilkinya membuat De Ligt merasa tidak cepat puas dan senang.
Pemain berusia 22 tahun ini justru merasa masih harus terus belajar untuk bisa meningkatkan dirinya ke level yang lebih baik lagi.
“Saya selalu ingin menjadi yang paling kritis tentang diri saya sendiri,” kata De Ligt seperti dikutip BolaSport.com dari The Guardian.
“Saya tahu persis ketika saya melakukan kesalahan. Untuk tumbuh, terkadang Anda harus menerima bahwa Anda telah membuat keputusan yang salah.”
“Dalam situasi itu saya bisa melakukannya dengan lebih baik,” ujar De Ligt.
De Ligt mengungkapkan bahwa untuk menjadi bek terbaik dunia, ia harus bisa memiliki atribut yang lengkap dalam bertahan.
Hal ini menjadi salah satu motivasi bagi dirinya untuk meningkatkan level permainannya di dalam tim.
Baca Juga: Gara-gara Kevin De Bruyne dan Cristiano Ronaldo, Mo Salah Emoh Perpanjang Kontrak di Liverpool
“Sebelumnya, Anda melihat bek memiliki tipe yang berbeda,” ucap De Ligt.
“Anda memiliki orang-orang yang berada di dalam kotak, menyundul bola menjauh, tetapi tidak bisa bermain.”
“Anda juga memiliki pemain bertahan yang sangat bagus dengan bola, tetapi tidak bisa bertahan.”
“Trennya sekarang adalah semua bek cukup lengkap. Mereka semua cepat, mereka semua kuat, mereka bisa bermain dengan bola. Levelnya berbeda,” kata De Ligt menambahkan.
Lebih lanjut lagi, ia juga memuji Giorgio Chiellini terkait keseimbangan yang dihadirkannya ketika bermain.
Baca Juga: Awas Man United, Kepergian Marcus Rashford bakal Timbulkan Kerugian
Matthijs de Ligt: “Chiellini? He is now 37. And right now he plays like he is reading a book. He knows: ‘OK, this situation will happen, and then this will happen now.’ And obviously he didn’t have this when he was 20,” he told The Guardian. pic.twitter.com/1i4aRqrNU0
— Max Statman (@emaxstatman) March 12, 2022
“Misalnya, Giorgio (Chiellini) sekarang berusia 37 tahun. Saat ini dia bermain seperti sedang membaca buku,” kata de Ligt.
“Dia tahu, 'Oke, situasi ini akan terjadi, dan kemudian ini akan terjadi sekarang.' Jelas dia tidak memiliki ini ketika berusia 20 tahun.”
“Jadi dengan pengalaman, dia belajar. Tapi itu juga sedikit tentang memiliki perasaan. Perasaan di mana ada sesuatu yang salah, atau di mana orang itu akan mengoper bola.”
“Itu sesuatu yang sangat alami, dan saya pikir semua bek yang bagus di dunia memiliki ini,” tutur De Ligt.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | The Guardian |
Komentar