BOLASPORT.COM - Duel Manchester City vs Atletico Madrid akan mempertemukan kembali Pep Guardiola dengan Diego Simeone, sang antitesis.
Pep Guardiola dan Diego Simeone bersua kembali saat Manchester City menjamu Atletico Madrid di perempat final Liga Champions.
Man City bertindak sebagai tuan rumah leg pertama di Etihad Stadium, Selasa (5/4/2022) waktu setempat atau Rabu pukul 02.00 WIB.
Bagi Pep Guardiola, laga itu menandakan bentrokan keempatnya dengan Diego Simeone di balik kemudi.
Dalam segi gaya bermain, Simeone bisa dibilang sebagai antitesis bagi pakem Pep.
Sementara Manchester City dibangun dengan penguasaan bola maksimal, permainan kaki ke kaki yang enak dipandang, dan sangat ofensif, Atletico Madrid kebalikannya.
Baca Juga: Bahas Atletico, Pep Guardiola Singgung Taktik saat Kalahkan Man United di Old Trafford
Simeone mengonstruksi Atleti seperti mesin petarung solid yang mengutamakan kekuatan fisik, gaya vertikal, dan cenderung defensif.
Bahkan tak jarang Los Rojiblancos disebut bermain 'jorok' dengan melakukan segalanya demi hasil akhir.
Kalau City itu irama wals, Atletico mungkin seperti musik hard rock.
Kalau City mewakilkan profil tim idaman yang sukses karena tampil bagus, Atletico adalah sosok antagonisnya.
Komparasi statistik kedua tim di Liga Champions musim ini bisa dijadikan dasar munculnya paradoks.
Menurut data yang diambil BolaSport.com dari situs UEFA, Manchester City adalah pemilik rataan penguasaan bola tertinggi kedua di ajang ini dengan 59,5 persen.
Jauh di bawah ada Atletico Madrid di peringkat ke-29 dengan hanya 42,9 persen possession.
Artinya, rata-rata di setiap pertandingannya, Los Rojiblancos menjadi tim yang inferior.
Soal penciptaan peluang, Manchester City amat agresif dengan melepaskan 137 tembakan, kedua terbanyak setelah Bayern.
Baca Juga: Jadwal Perempat Final Liga Champions - Chelsea Vs Real Madrid Main Kamis
Atletico Madrid hanya melancarkan 82 upaya, tak sampai masuk daftar 15 besar kreator peluang terbanyak.
Muaranya tentu saja adalah gol.
Man City berhasil menyarangkan 23 gol sejauh ini, lagi-lagi cuma kalah dari Bayern.
Sementara Atletico cuma mencetak 9 butir, dengan 2 di antaranya meloloskan mereka ke perempat final.
Tapi simak bagaimana Simeone mengandalkan kekuatan fisik dan aspek defensif timnya sebagai kunci sukses.
Di antara tim-tim yang masih bertahan, Atletico merupakan pencatat jumlah tekel (100) dan sapuan (149) terbanyak kedua setelah Benfica.
Kevin de Bruyne dkk di kubu Man City juga siap-siap menghadapi tebasan anak buah Simeone, mengingat Atletico pun menjadi tim paling sering melakukan pelanggaran (107).
Meski sering dibilang tim antagonis, gaya tersebut menjadikan Simeone sosok anti-Pep yang berhasil.
Dalam 3 pertemuan terdahulu, Pep memang sedikit unggul dengan 2 kemenangan dan sekali kalah, tapi Simeone yang tertawa di akhir.
Duel pertama terjadi di Liga Spanyol 2011-2012, di mana Pep bersama Barcelona asuhannya menang 2-1 di kandang Atletico Madrid.
Namun, saat itu Diego Simeone baru beberapa bulan saja menukangi Los Rojiblancos.
Pertarungan sesungguhnya tersaji di semifinal Liga Champions 2015-2016.
Pep Guardiola yang kala itu beralih menukangi Bayern Muenchen takluk 0-1 pada leg pertama di Madrid.
Baca Juga: Dua Wajah Kontras AC Milan: Ganas Lawan Raksasa, Lemas saat Jumpa Tim Semenjana
Pep ganti membalasnya dengan kemenangan 2-1 di Munich, tetapi itu tak cukup membalas hasil leg pertama karena Atletico unggul agresivitas tandang.
Jadilah Simeone membawa Atletico ke final, sekaligus memberi akhir pahit bagi perjalanan Pep di Bayern.
Soal gaya permainan yang berlawanan dengan Simeone, Pep Guardiola menilai itu cuma perbedaan dari sudut pandang.
Kendati sering dibilang terlalu bertahan, Atletico Madrid sebenarnya memiliki kemampuan menyerang yang mumpuni dan efisien.
"Gaya mereka lebih ofensif dari yang orang pikirkan," ujar Pep dalam jumpa pers sebelum laga.
"Dia (Simeone) tak ingin mengambil risiko saat membangun serangan, tapi mereka punya kualitas bagus di sepertiga akhir," tambahnya mewaspadai Luis Suarez cs.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | AS.com, UEFA.com |
Komentar