BOLASPORT.COM - Barcelona seolah mulai kehabisan bensin dan tampil loyo dalam menapaki paruh kedua musim 2021-2022 pascalaga-el clasico kontra Real Madrid.
Barcelona arahan Xavi Hernandez sempat menorehkan catatan luar biasa di berbagai lintas kompetisi 2021-2022.
Semenjak Xavi Hernandez memegang kendali kemudi, Barcelona lupa bagaimana rasanya mengalami kekalahan.
Terhitung sejak akhir Januari 2022, tepatnya usai tersingkir dari ajang Copa del Rey, Barcelona tampil perkasa.
Lima belas laga tak terkalahkan berhasil diarungi Barcelona di bawah arahan Xavi Hernandez di berbagai ajang kompetitif.
Catatan mengagumkan tersebut terbagi dalam 11 kemenangan dan empat hasil imbang.
Berkat penampilan impresif tersebut, El Barca digadang-gadang bisa bersaing dengan Real Madrid di Liga Spanyol musim ini.
Baca Juga: Man City Vs Real Madrid - Dua Pemain Andalan Los Blancos Diragukan Tampil
Barcelona juga dijagokan merengkuh gelar Liga Europa usai melewati hadangan Napoli (babak play-off 16 besar) dan Galatasaray (16 besar).
Di Liga Spanyol sendiri, Barcelona ibarat menemukan jati dirinya kembali.
Itu dibuktikan dengan kemenangan-kemenangan apik terutama atas rival-rivalnya seperti Atletico Madrid, Real Madrid, dan Sevilla.
Saat berhadapan dengan Atletico Madrid, Barcelona sukses meraih kemenangan 4-2.
Berlanjut di el clasico jilid dua di Liga Spanyol musim ini, Barcelona mampu memberondong Real Madrid dengan empat gol tanpa balas di Stadion Santiago Bernabeu.
Kemenangan atas Real Madrid di el clasico dianggap menjadi awal titik balik bagi Barcelona bersama Xavi dengan harapan merengkuh gelar ganda di Liga Spanyol dan Liga Europa.
Akan tetapi, semua itu hanyalah sebuah awal dari mimpi buruk bagi El Barca pasca-kemenangan di el clasico.
Baca Juga: Ogah Bahas Masa Depan, Gabriel Jesus Cuma Ingin Fokus untuk Man City
Bulan April seolah menjadikan nasib Barcelona berubah 180 derajat dari tim tak terkalahkan menjadi tim pesakitan.
Ibarat kehabisan bensin, Barcelona seakan lupa caranya untuk mencetak gol dan bertahan.
Sejak kemenangan telak 4-0 atas Madrid di Santiago Bernabeu, Barcelona belum mampu mempertahankan tingkat efektivitas serangan dan soliditas di lini pertahanan.
Terhitung sebelum el clasico di Liga Spanyol, Barcelona berhasil menggelontorkan total 28 gol di semua ajang kompetitif.
Dilansir BolaSport.com dari Mundo Deportivo, Barcelona tercatat telah kebobolan delapan gol dan mencetak delapan gol dari tujuh laga terakhirnya di lintas kompetisi.
Pedri menjadi sosok yang begitu kentara menjadi ruh dari serangan Barcelona dari gelontoran delapan gol tersebut.
Pedri tercatat sudah mencetak tiga gol dengan lesakan-lesakannya yang lahir saat Barcelona bersua Sevilla, Levante, dan Eintracht Frankfurt.
Baca Juga: Liverpool Vs Villarreal - Juergen Klopp Harus Waspada terhadap Unai Emery
Selanjutnya Pierre-Emerick Aubameyang menyusul di belakangnya dengan torehan dua gol.
Sementara jumlah gol sisanya lahir dari kaki Luuk de Jong, Memphis Depay, dan Ferran Torres.
Namun, dampak ketiadaan Pedri di atas lapangan memengaruhi kinerja Barcelona terutama di Liga Spanyol musim ini.
Bersama Pedri, Barcelona mampu mencatatkan 32 dari 36 poin maksimal di Liga Spanyol, tetap tanpa sang pemain, mereka hanya mampu menorehkan 31 poin dari kemungkinan 62 poin.
Tanda-tanda Barcelona tampil loyo dimulai saat mereka hanya meraih kemenangan tipis 1-0 atas Sevilla pada jornada ke-30.
Mereka lalu ditahan imbang Eintracht Frankfurt 1-1 dan kalah 2-3 pada leg pertama dan kedua babak perempat final Liga Europa, menang 3-2 atas Levante pada pekan ke-31 Liga Spanyol.
Selanjutnya, El Barca tampil inkonsisten ketika melawan Levante (menang 3-2), Cadiz (kalah 0-1), Real Sociedad (menang 1-0), dan Rayo Vallecano (kalah 0-1).
Kekalahan dari Eintracht Frankfurt di Camp Nou pada leg kedua perempat final Liga Europa menandai berakhirnya bulan madu Barcelona bersama Xavi.
Tidak hanya itu, hasil negatif di Camp Nou tersebut merembet kala menjamu Cadiz dan Rayo Vallecano.
Baca Juga: Xavi Bikin Gelandang Barcelona Ngamuk dan Banting Barang di Lapangan
Cadiz, yang sebelumnya tidak pernah menang di markas Barcelona, akhirnya menorehkan kemenangan perdananya sepanjang sejarah pertemuan kedua tim.
Kekalahan dari Rayo Vallecano dalam laga tunda pekan ke-21 Liga Spanyol menjadi kekalahan terbaru bagi Barcelona di kandang kebesarannya.
Tiga kekalahan terakhir secara beruntun melawan Frankfurt, Cadiz dan Vallecano dalam 11 hari juga merupakan rekor terburuk dalam sejarah Barcelona di Camp Nou.
Barcelona mengulang catatan minor tersebut untuk pertama kalinya sejak terakhir kali terjadi di musim 1998-1999.
Mereka sebelumnya belum pernah mencicipi kekalahan hingga tiga kali secara beruntun di kandang dalam berbagai ajang kompetitif.
Performa loyo tersebut membuat Barcelona terlebih dulu mengubur impian mereka mentas di final Liga Europa.
Frankfurt sukses mendepak Barcelona dari Liga Europa berkat kemenangan agregat 4-3.
Baca Juga: Ulah Alisson Becker di Derbi Merseyside Bikin Istri Ngakak
Di sisi lain, kekalahan beruntun dari Cadiz dan Vallecano di Liga Spanyol turut membuat kans juara Barcelona tertutup.
Pasalnya, Sergio Busquets dkk. malah menambah margin dengan Madrid menjadi 15 poin.
Madrid kokoh di puncak klasemen berkat koleksi 78 poin, sementara Barcelona tertinggal di urutan kedua dengan 63 poin.
Posisi El Barca sendiri rawan di urutan kedua mengingat Sevilla, Atletico Madrid, dan Real Betis masih mengintip peluang menyingkirkan raksasa Catalunya.
Situasi kurang menguntungkan juga bakal diterima Barcelona jika gagal memaksimalkan laga-laga tersisa di Liga Spanyol.
Satu kekalahan saja yang diterima oleh Barcelona membuat lawan-lawannya berpeluang mendepaknya dari posisi empat besar.
Itu pun dapat diartikan Barcelona terancam gagal lolos ke Liga Champions musim depan.
Baca Juga: Syarat Mutlak untuk Erik ten Hag Agar Layak Disebut Berhasil
Xavi sendiri telah mengakui jika Barcelona bakal kesulitan untuk berjuang finis di posisi empat besar Liga Spanyol.
"Ini selalu menjadi hal yang rumit. Pada bulan November kami sempat berada di urutan kesembilan," kata Xavi.
"Namun, klub menghadapi keadaan ekonomi darurat dan situasi tidak menguntungkan di bidang olahraga."
"Kami tidak takut untuk bermain, tetapi permainan kami menjadi rumit, inilah sepakbola," ujar Xavi mengakhiri.
Editor | : | Bonifasius Anggit Putra Pratama |
Sumber | : | mundodeportivo.com, Transfermarkt.com |
Komentar