BOLASPORT.COM - Petuah lama mengatakan bahwa paling sulit adalah mengalahkan diri sendiri. Pergulatan ini yang dialami Fabio Quartararo sebelum akhirnya bisa mendominasi MotoGP lagi.
Aura juara bertahan yang dimiliki Fabio Quartararo sempat tak terlihat pada MotoGP musim 2022.
Kecuali saat menjadi runner-up MotoGP Indonesia, pencapaian terbaik Fabio Quartararo pada empat balapan pertama adalah posisi keenam.
Absennya pembaruan dalam top speed pada motor YZR-M1 membuat pembalap Monster Energy Yamaha tersebut frustrasi.
Pada titik itu masa depan Quartararo di Yamaha sampai menjadi tanda tanya.
Bukan sekali saja pembalap berjuluk El Diablo tersebut dirumorkan hijrah ke pabrikan lainnya pada musim depan.
Namun, situasi berubah total sejak rangkaian seri balap di Eropa dimulai dengan seri balap kelima MotoGP Portugal.
Dalam periode yang dianggap paling krusial dalam perburuan gelar MotoGP, Quartararo kembali menunjukkan taringnya.
Setelah kemenangan meyakinkan di Portugal, performa Quartararo nyaris mulus dengan finis di podium empat kali (dua kemenangan) dalam lima balapan.
Baca Juga: Gelar Juara Sudah Dipastikan, Fabio Quartararo Tinggal Konsisten Musim Ini
Hanya hasil gagal finis pada balapan MotoGP Belanda yang mencoreng catatan impresif Quartararo sebagai pembalap paling konsisten.
Ketika ditanya rahasia kebangkitannya, Quartararo menegaskan bahwa bukan perbaikan pada motor yang menjadi penyebabnya.
"Motor yang kami gunakan untuk mengakhiri paruh musim pertama sama dengan motor yang digunakan pada balapan pertama," kata Quaratararo dikutip BolaSport.com dari Speedweek.
"Motornya benar-benar sama, sumpah."
Pun soal performa buruk pada beberapa seri awal, Quartararo juga mengatakan bahwa semuanya bukan semata-mata salah Yamaha.
“Biar saya jelaskan, saya memulai Kejuaraan Dunia di Qatar dengan cara yang salah," ujar sosok berjuluk El Diablo itu.
"Saya mengharapkan lebih dari pekerjaan Yamaha selama musim dingin setelah pengembangan mesin sebelumnya terhenti selama 18 bulan."
"Saya mengharapkan mesin yang lebih cepat tetapi mereka tidak menghasilkan."
"Jadi saya mulai mengeluh tentang kecepatannya; di Indonesia hujan datang, di Argentina saya mengeluh tentang motornya lagi. Itu bukan cara yang benar."
Baca Juga: Sukses Aprilia pada MotoGP 2022 Jadi Perhatian Mantan Pembalapnya
"Setiap kali saya masuk ke lintasan, saya berpikir bahwa saya tidak bisa menang lagi."
Introspeksi yang dilakukan Quartararo akhirnya membawanya keluar dari kesulitan.
"Dalam perjalanan dari Argentina ke Austin, saya berkata pada diri sendiri bahwa saya membuat kesalahan," sambung Quartararo.
"Saya telah masuk ke spiral negatif, bahwa tidak ada gunanya melanjutkan kompetisi seperti ini."
"Di Austin saya berkata pada diri sendiri, 'Anda tidak akan menang. Tapi pergilah dan berikan semuanya!' Dan itu berhasil."
"Mungkin keberhasilannya tidak tercermin dalam hasil karena saya hanya finis ke-7, tetapi saya meninggalkan Amerika Serikat dengan mentalitas yang sama sekali berbeda."
"Yah tidak, bukan motornya yang berubah, tetapi kepala saya."
"Pada akhirnya, saya tahu bahwa jika saya bisa meningkatkan diri, sisanya akan datang dengan sendirinya," ujarnya.
Quartararo kini mendekatkan diri dengan gelar keduanya dari kelas para raja.
Pembalap asal Prancis tersebut menatap paruh musim kedua sebagai pemuncak klasemen dengan keunggulan 21 poin dari pesaing terdekat.
Baca Juga: Aleix Espargaro Masih Bisa Bersenang-senang meski Dalam Tekanan
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar