BOLASPORT.COM - Winger Tottenham Hotspur, Son Heung-min, mengaku pernah mendapatkan perlakuan rasisme saat awal kariernya di Jerman.
Son Heung-min memulai karier sepak bolanya di Eropa saat masih berusia muda dengan masuk ke akademi Hamburger SV.
Mulanya Son Heung-min bisa masuk ke akademi di klub asal kota Hamburg tersebut sebab adanya program pertukaran pemain sepak bola yang dilakukan oleh Jerman dan Korea Selatan.
Kala itu usia Son Heung-min masih 16 tahun pada 2008 dan masuk ke akademi Hamburg U-17.
Hidup di negeri orang yang jauh dari tempat tinggalnya dan berasal dari benua yang berbeda, Son sempat menjadi korban rasisme.
Awal kariernya, Son masuk tim utama pada tahun 2010 dan mulai mendapatkan kepercayaan bermain.
Son menghabiskan waktu selama empat musim bersama Hamburg sebelum pindah ke Bayer Leverkusen di tahun 2013.
Dua tahun bersama Leverkusen, Son menjadi salah satu pemain muda yang tampil memukau di Bundesliga kala itu.
Baca Juga: Profil Christophe Galtier, Pelatih Berpengalaman Pencetak Sejarah yang Ambisius
Dalam 87 penampilan selama kurun waktu tersebut, Son mampu mencetak 27 gol dan menghasilkan 11 assist.
Kemampuannya ini menarik minat Tottenham Hotspur yang kemudian merekrutnya pada 2015.
Namun, Son mengungkapkan bahwa kariernya tak mudah ketika masa-masa awalnya di Jerman.
Son mengaku pernah mendapatkan perlakuan rasisme dari sejumlah orang Jerman.
"Saya menghadapi banyak rasisme," ujar Son seperti dikutip BolaSport.com dari Sportbible.
"Saat melewati masa yang sangat sulit, saya memiliki banyak pemikiran di benak saya bahwa saya harus membalas dendam suatu hari nanti," ucap Son melanjutkan.
Pada akhirnya, Son mampu mewujudkan balas dendamnya tersebut terhadap sebagian orang Jerman.
Baca Juga: Gelandang Liverpool Sebut Darwin Nunez Bisa Jadi Senjata Baru The Reds yang Mematikan
Son melakukannya saat gelaran Piala Dunia 2018 yang berlangsung di Rusia.
Timnas Korea Selatan tergabung dalam Grup F bersama timnas Jerman, Meksiko, dan Swedia.
Der Panzer, yang merupakan juara bertahan Piala Dunia usai memenangkannya pada edisi 2014 di Brasil, diunggulkan bakal lolos.
Namun, skuad arahan Joachim Loew justru memperpanjang kutukan bahwa juara piala dunia edisi sebelumnya tak mampu lolos ke fase gugur.
Aktor antagonisnya tak lain adalah timnas Korea Selatan yang kala itu dilatih oleh pelatih timnas Indonesia saat ini, Shin Tae-yong.
It's been four years since South Korea knocked Germany out of the World Cup.
Son Heung-min wasn't going to miss this ????????
???? @FIFAWorldCup pic.twitter.com/gPa6mrUMFA
— GOAL (@goal) June 27, 2022
Jerman dipaksa bertekuk lutut dalam laga penentuan kelolosan grup setelah kalah 0-2 dari Korea Selatan.
Dua gol kemenangan yang dicetak dalam babak tambahan waktu di babak kedua tersebut turut mengambil peran Son sebagai salah satu pencetak gol.
Kendati pada akhirnya Korea Selatan juga tak lolos setelah hanya menempati urutan ketiga, Son tak ambil pusing.
Baca Juga: Divock Origi Beri Tahu Alasan Pilih AC Milan
Son mengungkapkan bahwa hal tersebut adalah balas dendam yang diinginkannya usai mendapat perlakuan rasis bertahun lalu saat berkarier di Jerman.
"Ketika orang menangis, saya (biasanya) ingin menghibur mereka dan memeluk mereka," kata Son.
"Namun, melihat orang Jerman menangis, (saya merasa) saya bisa membalas dendam dengan melakukan sesuatu yang saya suka," tutur Son mengakhiri.
Kini, Son telah menapaki keberhasilan dan nama baik di Inggris bersama Tottenham Hotspur.
Kendati tak jarang masih mendapatkan perlakuan rasisme, Son tak ambil pusing terhadap perlakuan tersebut.
Musim 2021-2022 lalu, Son berhasil sabet gelar Golden Boot Liga Inggris sebagai pencetak gol terbanyak dengan torehan 23 gol.
Son berbagi dengan winger Liverpool, Mohamed Salah yang juga catatkan pencapaian sama.
Editor | : | Bonifasius Anggit Putra Pratama |
Sumber | : | Sportbible.com |
Komentar