“Meski demikian, tidak satu pun dari FIFA menyebutkan soal pekerja migran atau aspek HAM dalam evaluasi mereka terhadap proposal yang diajukan Qatar.”
“FIFA melakukan terlalu sedikit untuk mencegah risiko-risiko yang ada.”
Amnesti Internasional pun menuntut FIFA memberikan ganti rugi kepada pekerja migran yang dirugikan oleh penyelenggaraan Piala Dunia.
Tidak tanggung-tanggung, FIFA dituntut harus mengeluarkan uang setara 440 juta dolar AS atau Rp 6,5 triliun, yang merupakan anggaran penyelenggaraan Piala Dunia.
“Mungkin sekarang sudah terlambat untuk menghapus penderitaan karena pelanggaran di masa lalu. Namun, baik FIFA maupun Qatar harus bertindak untuk mencegah lebih banyak pelanggaran HAM terjadi.”
“Menyediakan kompensasi untuk pekerja yang sudah berkontribusi banyak untuk Piala Dunia 2022 supaya bisa terlaksana serta mengambil langkah untuk mencegah insiden serupa terjadi bisa menjadi contoh komitmen FIFA dalam menghormati hak asasi manusia,” ujar Callamard.
Kritik bukan cuma datang dari Amnesti Internasional.
Pure shot-stopping excellence ???? @Manuel_Neuer's #FIFAWorldCup saves are incredible! ????????
Discover the story behind Germany's 2014 #FIFAWorldCup triumph on FIFA+ ⤵️
— FIFA World Cup (@FIFAWorldCup) July 22, 2022
Dalam lingkup sepak bola pun kritik untuk FIFA terdengar, salah satunya yang disuarakan oleh Lise Klaveness, Presiden Federasi Sepak Bola Norwegia.
Dalam pertemuan dengan Gianni Infantino, Presiden FIFA, dan Hassan Al-Thawadi, Supreme Committee Qatar, perempuan berusia 41 tahun itu mengingatkan pentingnya bagi semua pemangku kepentingan memperhatikan isu HAM di negara berpopulasi 2,8 juta jiwa tersebut.
“Pihak Qatar menunjukkan beberapa perubahan yang sudah mereka lakukan dan kami memercayai mereka. Namun, tugas kita semua adalah menuntut perbaikan yang lebih besar.”
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | The Guardian, Berbagai sumber |
Komentar