“Saya percaya kita semua harus mendorong implementasi nyata soal perbaikan upah minimum, sistem yang melanggar HAM, hingga pemberian waktu istirahat yang memadai.”
“Kami mendengar opini dari banyak organisasi bahwa perubahan yang lebih besar masih sangat bisa terjadi. Sekarang tugas kita semua mendorong perubahan itu.”
“Perhatian soal isu ini karena Piala Dunia sangat efektif. Momentum ini harus dimanfaatkan,” tutur Klaveness.
Klaveness bukan satu-satunya suara dari komunitas sepak bola yang mencoba mengangkat topik tersebut.
Pelatih Inggris, Gareth Southgate, pun menyuarakan kecemasan yang sama jelang turnamen Piala Dunia 2022.
Sikap FIFA
Jika hendak dirunut, kontroversi soal Piala Dunia 2022 tidak selesai di isu hak asasi manusia pekerja migran.
Qatar juga menjadi sorotan soal persekusi terhadap komunitas LGBT.
Karena itu timbul pertanyaan tentang aman-tidaknya suporter sepak bola yang merupakan anggota komunitas ini datang dan menonton ke stadion.
Sederetan masalah ini mungkin akan menimbulkan anggapan bahwa Piala Dunia 2022 takkan segemerlap yang diharapkan, di saat turnamennya saja dibangun di atas penderitaan ribuan orang.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | The Guardian, Berbagai sumber |
Komentar