Sampai-sampai dia merasa terlalu meresapi hingga emosinya meluap-luap.
"Rasanya lebih terkonfrontasi jika Anda kalah. Berkata kasar, membanting raket," katanya.
"Dalam sepak bola lebih mudah untuk mencari alasan saat sesuatu tidak beres, di tenis semuanya selalu tentang kesalahan Anda sendiri," ujar De Ketelaere dalam sebuah wawancara di HLN.
Sang ibu, Isabelle, awalnya berharap Charles De Ketelaere menjadi atlet tenis dan tampil di pentas sebesar Wimbledon.
Acuannya ialah legenda tenis putri Belgia, Kim Clijsters.
Namun, dia menyadari talenta besar anaknya bakal berkembang lebih pesat di sepak bola.
"Dia menjadi juara nasional, tapi tiba-tiba berkata 'saya tak ingin main tenis lagi'," ucap Isabelle, yang dikenal sangat dekat dengan Charles.
"Jika Anda menyadari (anak) tak lagi merasa senang dengan itu, tak masuk akal untuk tetap memaksanya," imbuh Isabelle.
Keputusan berat, tetapi terbukti benar karena Charles De Ketelaere tak butuh waktu lama mengimplementasikan bakat besarnya menjadi prestasi di sepak bola.
I want to thank Club Bruges for giving me the opportunity since I was a child to belong to their ranks, for making my dreams come true, for having trained me as a professional player. Thank you so much for everything.???????? pic.twitter.com/ikoQDAcOuk
— Charles De Ketelaere (@C_De_Ketelaere) August 1, 2022
Pada musim panas 2019, pria yang mendalami studi ilmu hukum itu terpilih sebagai 1 dari 7 pemain akademi Club Brugge yang dipromosikan ke tim utama.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Gazzetta.it, Hln.be |
Komentar