Baca Juga: PSSI Akhirnya Pertimbangkan TC Untuk Timnas U-16 Indonesia di Luar Negeri, Tujuannya ke Eropa
Meski terlaksana dengan segala kekurangan dan berlangsung dalam tempo singkat tiap musim, EPA masih berjasa melahirkan Marselino Ferdinan, Kakang Rudianto, hingga Pratama Arhan.
Di negeri yang punya ekosistem sepak bola terbaik seperti Korea Selatan sekalipun, timnas kelompok umur tak menjamin karir profesional yang cerah.
Kalau tidak percaya, cari melalui Google di gawai anda sekarang dan sebutkan rekan segenerasi Hwang Hee-chan yang berhasil jadi pilihan utama di klub Eropa? Tidak ada, kecuali Hwang Hee-chan sendiri.
Untuk itu, mengingat jalur untuk Iqbal Gwijangge, Nabil Asyura, hingga Kafiatur Rizky untuk mencapai karir profesional masih sangat panjang, maka dibutuhkan peran penting federasi, klub, dan orang tua yang menaungi para pemain benar-benar dibutuhkan untuk mengawal tumbuh kembang mereka.
Pada dasarnya publik tak mau menyaksikan Lintang-Lintang baru di tubuh timnas U-16 Indonesia yang akhirnya gagal mentas atau layu lebih cepat seperti kisah Mozart dan naskah terakhirnya itu.
Dua kemungkinan tersebut bakal jadi keniscayaan dalam siklus hidup para pemain muda di dunia sepak bola, apalagi di negeri Indonesia yang masih punya problem infrastruktur dasar.
Penulis secara terbuka tak mampu mengakhiri tulisan ini, kecuali hanya melalui sebuah pertanyaan sederhana untuk pembaca. Apakah pembaca mampu melepaskan ekspektasi untuk timnas U-16 Indonesia saat ini? Jika kalian jawab iya, maka beruntunglah kalian bisa membantu mereka berkembang maksimal.
Editor | : | Mochamad Hary Prasetya |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar