Akhirnya, alih-alih memperbaiki posisi, Quartararo cuma bisa melihat pembalap lain menyusulnya. Lurusan hanggar menuju tikungan 7 menjadi mimpi terburuknya.
Quartararo memperkirakan perjuangannya mempertahankan posisi di puncak klasemen tidak akan menjadi mudah pada sisa musim.
"Kami bisa tampil cepat di semua sirkuit tetapi faktanya adalah tidak ada sirkuit yang dirancang sesuai dengan karakter kami," ucapnya.
Sejumlah balapan diwaspadai Quartararo karena berlangsung di sirkuit yang memuat lurusan panjang dan titik-titik akselerasi.
Red Bull Ring yang menggelar MotoGP Austria lebih dikenal karena dominasi Ducati di sana dan layout yang didominasi lintasan lurus dan tikungan tajam.
Misano (GP San Marino), Aragon (GP Aragon), Motegi (GP Jepang), Buriram (GP Thailand), Sepang (GP Malaysia) juga memuat bagian-bagian yang tidak disukai Quartararo.
Cuma Phillip Island (GP Australia) dan Ricardo Tormo (GP Valencia) yang menguntungkan Yamaha tetapi tidak demikian halnya dengan rival pada saat yang sama.
Quartararo harus berusaha ekstra keras untuk menjaga keunggulan poin dari dua rival terbesar, Aleix Espargaro (Aprilia) dan Francesco Bagnaia (Ducati).
Saking besarnya tantangan, Quartararo sampai disebut rekan setimnya, Franco Morbidelli, lebih pas disebut kuda hitam.
Baca Juga: Sembuh Saja Tidak Cukup, Marc Marquez Butuh Bantuan dari Jepang untuk Juara MotoGP
"Sejujurnya saya melihat Fabio sebagai underdog hanya karena motornya," kata Morbidelli yang sampai sekarang hanya menjadi penonton di baris belakang.
"Ketika motor Anda lebih pelan di lintasan lurus, Anda lebih pelan, tetapi hal ini menunjukkan bahwa dia bisa melakukan hal-hal hebat saat berkendara."
Baca Juga: Aleix Espargaro: Perebutan Gelar Juara MotoGP 2022 Semakin Ketat
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | GPOne.com, The-race.com |
Komentar