BOLASPORT.COM - Status sebagai juara bertahan dan fakta bahwa dia sedang memuncaki klasemen tak membuat pembalap Monster Energy Yamaha, Fabio Quartararo, paling difavoritkan. Tantangan besar yang menanti membuatnya dianggap lebih pantas menyandang status kuda hitam.
"Yamaha sedang berada di dalam situasi yang sangat bagus karena tahun lalu menang dan tahun ini teratas di klasemen, tetapi, menurut saya, situasi mereka sangat mirip dengan Marc dan Honda dalam enam tahun terakhir."
Demikian testimoni Andrea Dovizioso mengenai kiprah pabrikan terakhirnya sebelum gantung helm dari MotoGP musim ini.
Yamaha mengambil jalan yang sama dengan rivalnya ketika mereka mengandalkan satu pembalap kuat saja untuk bersaing dalam perburuan gelar juara dunia.
Dalam dua musim terakhir bisa dibilang hanya Fabio Quartararo yang konsisten berada di posisi depan dari lomba ke lomba.
Dia membuktikan kualitas sebagai pembalap di atas rata-rata dengan gelar juara pada 2020 dan masih memuncaki klasemen ketika penunggang M1 lainnya terseok-seok di belakang.
Situasi yang dihadapi Quartararo hampir seperti Marquez pada 2018 dan 2019 ketika dia berlomba sendirian dengan rival yang memiliki motor lebih superior.
"Kecepatan tertinggi, akselerasi, dan grip ban belakang," ujar Quartararo soal kekurangan Yamaha dibandingkan Ducati dan Aprilia, dikutip BolaSport.com dari GPOne.
"Akan tetapi, saya lebih senang untuk tidak membicarakannya. Penting bagi kami untuk tetap fokus karena ada beberapa aspek negatif yang tidak bisa ditingkatkan musim ini."
Baca Juga: Marc Marquez Bicara Kelemahan Fabio Quartararo dan Francesco Bagnaia
Teknologi aerodinamika membantu pabrikan dengan mesin V4 seperti Ducati dan Aprilia menutup ketertinggalan mereka dalam corner speed dari pabrikan bermesin inline-4 seperti Yamaha.
Apes, ketika para kompetitor menutup ketertinggalan, Yamaha masih berkutat dengan pekerjaan rumah lama mereka yaitu top speed.
"Yamaha, dengan kecepatan yang sama seperti motor lain, tidak berakselerasi," papar Dovizioso sebagaimana diberitakan The-Race.
"Kalau tidak menciptakan kecepatan di bagian tengah tikungan, Anda tidak bisa melaju dengan cepat dengannya."
"Quartararo benar-benar menari di setiap trek, dan itulah satu-satunya cara untuk menang dengan motor ini."
Keterampilan membantu Quartararo merebut hasil penting. Akan tetapi ada kalanya ketika pembalap asal Prancis itu hanya bisa "pasrah".
Pada balapan terkini yaitu MotoGP Inggris Quartararo lebih banyak bertahan begitu penalti lap panjang membuatnya berada di belakang rombongan pembalap.
Situasi demikian memang memicu kelemahan lain Yamaha ketika temperatur ban mereka mudah meningkat.
"Kalau di depan saya cuma satu motor tak masalah, tetapi kalau lebih dari satu, ban belakangnya menjadi sangat panas dan kehilangan performa," kata Quartararo.
Baca Juga: Sudah 4 Kali Pecco Bagnaia Bikin Yamaha Alergi di Kandang Sendiri Musim Ini
Akhirnya, alih-alih memperbaiki posisi, Quartararo cuma bisa melihat pembalap lain menyusulnya. Lurusan hanggar menuju tikungan 7 menjadi mimpi terburuknya.
Quartararo memperkirakan perjuangannya mempertahankan posisi di puncak klasemen tidak akan menjadi mudah pada sisa musim.
"Kami bisa tampil cepat di semua sirkuit tetapi faktanya adalah tidak ada sirkuit yang dirancang sesuai dengan karakter kami," ucapnya.
Sejumlah balapan diwaspadai Quartararo karena berlangsung di sirkuit yang memuat lurusan panjang dan titik-titik akselerasi.
Red Bull Ring yang menggelar MotoGP Austria lebih dikenal karena dominasi Ducati di sana dan layout yang didominasi lintasan lurus dan tikungan tajam.
Misano (GP San Marino), Aragon (GP Aragon), Motegi (GP Jepang), Buriram (GP Thailand), Sepang (GP Malaysia) juga memuat bagian-bagian yang tidak disukai Quartararo.
Cuma Phillip Island (GP Australia) dan Ricardo Tormo (GP Valencia) yang menguntungkan Yamaha tetapi tidak demikian halnya dengan rival pada saat yang sama.
Quartararo harus berusaha ekstra keras untuk menjaga keunggulan poin dari dua rival terbesar, Aleix Espargaro (Aprilia) dan Francesco Bagnaia (Ducati).
Saking besarnya tantangan, Quartararo sampai disebut rekan setimnya, Franco Morbidelli, lebih pas disebut kuda hitam.
Baca Juga: Sembuh Saja Tidak Cukup, Marc Marquez Butuh Bantuan dari Jepang untuk Juara MotoGP
"Sejujurnya saya melihat Fabio sebagai underdog hanya karena motornya," kata Morbidelli yang sampai sekarang hanya menjadi penonton di baris belakang.
"Ketika motor Anda lebih pelan di lintasan lurus, Anda lebih pelan, tetapi hal ini menunjukkan bahwa dia bisa melakukan hal-hal hebat saat berkendara."
Baca Juga: Aleix Espargaro: Perebutan Gelar Juara MotoGP 2022 Semakin Ketat
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | GPOne.com, The-race.com |
Komentar