"Kami menemukan bahwa esports justru dapat meningkatkan grit pelajar. Dalam psikologi, grit dapat ditingkatkan bila seseorang memiliki tujuan, minat terkait tujuan tersebut, dan usaha yang kuat."
"Ketiga aspek tersebut terdapat di esports. Hasil riset juga menunjukkan bahwa grit dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi melalui esports,” ungkap Agnes.
Oleh karena itu CEO dan Co-Founder MABAR.com Aziz Hasibuan menilai wadah esports dapat menjawab kekhawatiran orang tua maupun guru terkait dampak bermain gim.
Baca Juga: Dewa United Gandeng Nusapay Selama Setahun, Upayakan Sosialisasi Maksimal
Sebab, ada sejumlah perbedaan mendasar dari bermain gim secara kompetitif dan kasual.
Pada gim kompetitif atau esports, sebuah tim pelajar perlu bekerja sama, menjalankan strategi, mengasah akurasi, sementara untuk pemain kasual aspek tersebut kurang terasa.
“Dari hasil riset ini, kami merekomendasikan agar sekolah melakukan intervensi pada minat bermain gim pelajar dengan memfasilitasi dan menjadikan sekolah sebagai Esports Development Center untuk Student Athlete."
"Dengan demikian, pelajar bisa memahami bagaimana mengarahkan hobinya bermain gim untuk mengembangkan karakternya, bukan sekadar kebutuhan hiburan,” terang Aziz.
Hal tersebut juga didorong oleh tingginya minat pelajar terhadap gim esport.
Baca Juga: Kolaborasi Bersama KNVB, PSSI Ungkap Target Timnas Indonesia Bermain di Piala Dunia 2034
Aziz menjelaskan platform MABAR.com dalam waktu kurang dari tiga bulan saja telah memiliki lebih dari 10 ribu pengguna dari 1.000 tim esports yang berasal dari 800 sekolah di 16 provinsi.
"Dengan minat setinggi ini dan potensi positifnya, sangat disayangkan kalau mereka tidak mendapatkan dukungan dan arahan," tutup Aziz.
Editor | : | Mochamad Hary Prasetya |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar