BOLASPORT.COM – Stadion di Indonesia belum jadi tempat aman bagi suporter perempuan. Mereka belum bisa menonton pertandingan dengan tenang dan nyaman sebab berbagai bentuk pelecehan seksual dan kekerasan seksual masih sering dialami.
Elko Mengko, suporter Persija Jakarta, berbagi kisahnya saat menonton sepak bola secara langsung ke stadion.
Saat beranjak remaja, sekitar tahun 2004, Elke mulai mencintai sepak bola. Ia terpikat dengan permainan Bambang Pamungkas saat membela timnas Indonesia.
Tahun 2008 menjadi langkah pertama Elke masuk ke stadion untuk menonton Persija Jakarta.
Saat itu, ia masih berstatus sebagai pelajar SMA dan memutuskan datang bersama teman-temannya dari Cilegon ke Jakarta, menonton laga Persija Jakarta kontra Persib Bandung Tim andalannya menang dengan skor 3-2.
Baca Juga: Kampanye The Jakmania Buat Anak-anak Nyaman di Stadion Saat Persija Tampil di Liga 1 2022/2023
Pengalaman itu jadi momen tak terlupakan bagi Elke. Sejak itu, ia semakin sering nonton langsung di stadion.
Tak hanya di kandang Persija, Elke juga ikut mendukung tim kesayangannya ketika bertandang ke markas lawan. Sejak 2015 sampai saat ini, ia bergabung jadi bagian pengurus Jakmania Pusat.
Meski jadi pengurus Jakmania, pelecehan seksual di stadion tak bisa ia hindari.
Padahal, selama datang ke stadion ia tak pernah sendiri dan selalu bersama teman-teman dari Jakmania juga.
Elke pernah di-catcalling saat berkeliling stadion Gelora Bung Karno untuk memberikan informasi kepada Jakmania.
Pelaku catcalling biasanya memberikan ekspresi verbal terhadap korban seperti komentar bentuk tubuh dan yang lainnya.
Ia di-catcalling oleh salah satu oknum berseragam yang bertugas sebagai aparat keamanan.
“Saya mengalaminya justru bukan dari teman-teman Jakmania, tapi ada oknum. Ketika di-catcalling, saya akan mendatangi orangnya dan tanya ada apa, dan biasanya mereka akan langsung diam. Setiap orang pasti berbeda-beda (meresponnya), karena mungkin sudah terbiasa di lingkungan ini, jadi saya lebih berani,” ujar Elke kepada BolaSport.com.
Kekerasan seksual di stadion ini tak hanya terjadi pada Elke, salah satu suporter perempuan belum lama ini mengaku mengalami tindakan kekerasan seksual dari salah satu suporter yang datang ke stadion.
Pengalaman traumatis ini diungkap salah satu pengguna Twitter @nuraziz_m16 pada Jumat (19/8/2022).
Ia menceritakan temannya mengalami tindakan kekerasan seksual saat datang ke stadion untuk mendukung PSS Sleman kontra Persib Bandung di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
“Tak memikirkan hasil malam ini terlepas dari pelecehan seksual di stadion tidak bisa dibenarkan dan harus dilawan. Temanku sampai trauma a*** bener kok,” dalam unggahan Nuraziz yang dikutip BolaSport.com.
Baca Juga: Istri Dilecehkan Netizen, Pelatih Persib Robert Albert Murka dan Tuntut Minta Maaf
Kejadian ini kemudian diakui oleh salah satu suporter perempuan yang diyakni korban sesungguhnya dari insiden ini.
Dalam balasan unggahan temannya itu, korban mengaku tiba-tiba dipeluk dari belakang.
“Gimana rasanya tiba-tiba dirangkul dari belakang sama suporter tamu? A*** banget,” ucap akun @siapaaaaakuya malam itu juga setelah pertandingan berakhir.
Akibat kejadian ini salah satu akun suporter PSS Sleman @campusboys1976 menkonfirmasi ke korban dan akhirnya secara rinci dijelaskan kejadiannya.
Dalam unggahan tersebut korban menceritakan kronologinya saat kejadian itu pelaku mencolek bagian sensitifnya memakai tangan.
Insiden ini mendapat banyak perhatian dan langsung diselesaikan juga oleh pihak suporter resmi berserta klub, sehingga langsung dicari pelakunya.
Atas kejadian ini, baik suporter PSS dan juga Persib sama-sama tak membenarkan adanya kekerasan seksual di stadion.
Ternyata pengalaman buruk ini tak hanya dirasakan oleh mereka saja, salah satu suporter yang bergerak dalam wadah Forum Perempuan dalam Sepak Bola, Putri Ramadhani akhir-akhir ini juga vokal terkait pelecehan seksual di stadion.
Putri mengatakan kejadian pelecehan seksual di stadion ini memang bukan hal baru lagi karena ini sebenarnya sudah terjadi sejak lama.
Hanya saja akhir-akhir ini permalasalahan tersebut mendapat sorotan lebih.
Kejadian ini semakin dikeluhkan dikalangan suporter karena penikmat sepak bola bukan hanya laki-laki saja, tetapi anak-anak, perempuan, hingga kakek-nenek juga datang ke stadion mendukung tim kesayangannya.
Akan tetapi, dari indahnya atmosfer pertandingan menarik yang terjadi di stadion, akhir-akhir ini banyak diwarnai insiden menjijikan yang terjadi.
Kekerasan seksual di stadion juga pernah dialami Putri Ramdhani.
Meski sudah sintas Putri mengaku kejadian itu meningalkan trauma mendalam kepada korban, tetapi tidak dengan pelaku yang mungkin sudah lupa dengan apa yang pernah dilakukannya.
Putri menarik nafas dalam sebelum menceritakan kejadian itu. Ia mengalaminya saat menonton Persija di GBK.
Baca Juga: Satu Suporter Perempuan Mengaku Alami Pelecehan Seksual Pada Laga PSS Sleman vs Persib
Bahkan bukan hanya dirinya, penggemar Chelsea itu juga mengaku mendengarkan banyak cerita dari suporter perempuan yang merasa trauma datang ke stadion.
“Saya berbicara saat kondisi saya sudah sintas ya, jadi mohon buat teman-teman agar tidak melecehkan perempuan. Saat itu saja menonton Persija di SUGBK, lupa waktu itu lawan apa. Saya tidak tahu apakah orang ini berniat memegang bagian tubuh saya secara sengaja atau tidak karena saya tidak pernah tahu akan hal itu,” kata Putri.
Seperti yang diungkapkan Elke sebelumnya, bahwa setiap orang memiliki respons yang berbeda saat mengalami pelecehan seksual.
Saat kejadian itu menimpa Putri, ia merasa tak bisa fokus dan justru merasa kotor dan bersalah.
“Apakah itu menimbulkan trauma? Tentu saja iya. Saya ada rasa was-was kalau di dalam stadion saat nonton itu seperti berpikir nanti akan dipegang (bagian) yang lainnya. Setiap korban memiliki respons yang berbeda begitu juga dengan saya,” ucapnya.
Lebih lanjut, Putri juga berbagi cerita bagaimana suporter perempuan yang bercerita kepadanya akibat pelecehan yang mereka alami.
Setelah ia menyuarakan hal ini di media sosial pribadinya, Putri mendapatkan banyak respons dari warganet.
Banyak suporter perempuan yang menceritakan kejadian buruk yang mereka alami di stadion setelah Putri menggungah foto di Twitter dan Instagram pribadinya dengan memegang poster bertuliskan "suporter perempuan itu bukan objek seksual" pada 21 Juli 2022 lalu.
Dari unggahan foto yang memperlihatkan Putri memagang poster tepat di depan rumah itu ternyata mendapat banyak tanggapan.
Bahkan ada yang mengirim pesan menceritakan pengalaman buruk mereka dan tak sedikit juga yang menghardiknya.
Menurutnya, tak banyak suporter perempuan yang berani untuk menceritakannya langsung. Banyak faktor yang membuat korban tak berani berbicara dan memilih memendamnya.
“Saat saya kampanye dan angkat poster tinggi-tinggi dengan tulisan ‘suporter perempuan itu bukan objek seksual’. Banyak yang mulai bercerita di forum suporter perempuan dalam sepak bola ini karena mungkin belum ada wadahnya,” cerita putri.
“Ada yang bercerita dia mendapatkan pelecehan seksual dari teman suporternya yang mabuk dan tidak berani berbicara ke siapa-siapa. Dia tidak berani cerita ke temannya apalagi ke kelompoknya karena dia menganggap dirinya adalah aib karena tak bisa menjaga diri, dia juga takut bercerita karena takut dianggap berbohong,” lanjutnya.
Insiden seperti ini memang bisa terjadi kepada siapa saja dan di mana saja karena kita tak bisa mengontrol orang lain.
Bahkan saat kita tidak melakukan hal yang salah dan berpakaian tertutup sekalipun terkadang ada orang-orang menjijikan yang tak tau diri.
“Mereka menganggap perempuan itu tidak seharusnya nonton bola sebab bola itu ranahnya laki-laki. Tahu apa mereka (perempuan) soal sepak bola,” kata Putri.
Upaya Suporter Perempuan Desak Setop Pelecehan Seksual Demi Stadion Aman dan Nyaman
Keamanan dan kenyamanan untuk suporter perempuan di stadion memang belum terjamin.
Bahkan saat pelecehan seksual terjadi belum ada tempat khusus untuk melakukan pengaduan saat di stadion.
Meski hal ini tak berlaku di semua stadion karena ada beberapa pihak yang memiliki rasa tanggung jawab besar hingga mempersiapkan tempat aduan sendiri.
Biasanya saat Persija main di setiap tribun akan ada penjaga dan biasanya ada juga Kordinator Wilayah (Korwil) yang ikut mengamankan suporternya.
Baca Juga: Hukuman Bagi Pelecehan Seksual, Dilarang Nonton PSS Sleman di Stadion Maguwoharjo
Sehingga apabila ada kejadian pelecehan seksual atau pun hal tak menyenangkan lainnya bisa lapor ke Kordinator Wilayah.
Setelah adanya laporan itu, biasanya akan langsung ditindak di stadion oleh tim keamanan, bahkan bisa disuruh pulang dan tidak boleh nonton lagi.
Bukan hanya itu, untuk korban biasanya akan langsung diamankan. Suporter besar seperti Jakmania tentu saja bukan hal yang sulit untuk membuat aturan seperti itu.
Tapi apakah semua klub dan suporter menerapkan serta melakukan tindakan yang sama?
Situasi ini sebenarnya yang membuat Forum Perempuan dalam Sepak Bola terus berbicara karena mereka ingin mengetok hati nurani PSSI, Panitia Lokal, ataupun klub.
Putri mengatakan sampai saat ini tak banyak klub yang menyediakan tempat untuk mengadu suporter baik perempuan maupun laki-laki yang menjadi korban pelecehan seksual.
Untuk insiden pelecehan seksual yang terjadi akhir-akhir ini memang biasanya langsung ditangani oleh klub.
Tetapi tak semua klub belajar dari tim-tim tersebut sehingga belum juga ada tempat untuk mengadu.
Sehingga tak sedikit korban mulai mengaku dan berbicara melalui media sosial pribadi mereka. Oleh karena itu nantinya baru diketahui dan diproses.
Hal itu mungkin berlaku untuk korban yang berani berbicara, bagaimana buat seseorang yang takut dan memilih memendam.
Dengan ini, Putri juga meminta agar suporter lebih berani melapor apabila mengalami kejadian tak menyenangkan.
“Kami mempunyai keinginan besar untuk membuat langkah yang lebih kongret dan kami ingin mengedor perasaan panpel atau klub masing-masing buat bisa menyiapkan tempat aduan misalnya baik perempuan ataupun laki-laki yang kena pelecehan seksual,” kata Putri.
“Bergabung atau tidak dengan kelompok resmi itu pilihan. Tapi saat yang bukan anggota resmi kena pelecehan seksual pun jangan ragu untuk melapor dulu kepada kelompok resmi. Tapi kalau tidak diindahkan masih banyak sekali layanan aduan yang bisa dituju untuk korban,” tuturnya.
Dengan situasi ini, baik Elke dan Putri mengaku hingga saat ini terus mengkampanyekan soal setop pelecehan seksual di stadion dengan caranya masing-masing.
Apabila Elke berjuang bersama-sama dengan teman-teman The Jakmania dan Putri dengan forumnya.
Kampanye hingga webinar untuk mengedukasi suporter terkait setop pelecehan seksual terus akan dilakukan demi membuat stadion aman dan nyaman untuk suporter perempuan juga.
“Sebenarnya suporter kan satu ya kalau kita sudah ada di stadion. Jadi kalau dibedakan tribun saja apakah menjamin tidak ada pelecehan seksual, jadi itu bukan solusi yang tepat. Ruang aman itu diciptakan dari tempat-tempat yang sebelumnya tidak aman bukan malah membedakan,” tegas Putri.
Tak lupa Putri pun memberikan kiat untuk suporter perempuan yang ingin datang ke stadion memberi dukungan ke klub kesayangannya tak ada yang salah.
Menurutnya sepak bola dan tribun itu untuk semua gender baik laki-laki maupun perempuan.
Namun, ia menyarankan bagi suporter perempuan baru yang ingin datang ke stadion lebih baik datang bersama temannya.
Ia menilai ini cara paling mudah mencari tempat perlindungan untuk diri sendiri.
“Kalau pengen ke stadion cari teman yang sudah akrab dan teman-teman suporter yang bisa bareng-bareng sama kita dari rumah sampai ke stadion dan hingga dibalikin lagi ke rumah. Jadi harus ada yang jagain,” tuturnya.
Pada 14 Agustus lalu, saya meliput dan menonton langsung Liga 1 yang mempertemukan Persikabo 1973 dengan Persija Jakarta di Stadion Pakansari, Bogor. Lebih dari 7000 suporter hadir di stadion.
Meski hujan menguyur deras, para suporter tetap datang berbondong untuk menyaksikan tim kesayangannya.
Saya menyaksikan banyak suporter yang memproteksi Jak Angels (sebutan suporter perempuan Persija).
Saya juga melihat suporter perempuan yang berlindung di balik seorang pria.
Saat jalan menuju ke dalam stadion, awalnya suporter perempuan ini jalan di depan lelaki.
Ketika melihat romobongan suporter lain datang dari arah berlawanan, seara refleks ia berpindah ke belakang teman lelakinya.
Pemandangan seperti ini tak hanya satu dua kali terlihat, tetapi beberapa kali memang terlihat suporter perempuan langsung pindah ke belakang lelaki saat melihat rombongan lain.
Saya sendiri juga sering begitu, mencoba berlindung di balik teman laki-laki yang saya kenal untuk merasa aman. Kadang-kadang saya melakukannya refleks saja, dan tanpa berpikir.
Baca Juga: Alasan Kiper Persija Andritany Ardhiyasa Kejar Tersangka Pelecehan Istrinya
Fakta bahwa banyak perempuan merasa harus berlindung di balik badan laki-laki yang dikenalnya hanya untuk merasa aman juga menunjukkan bahwa stadion memang belum jadi tempat aman bagi perempuan.
Jika aman, perempuan harusnya bisa datang sendiri ke stadion tanpa ada rasa khawatir akan menjadi korban kekerasan seksual.
Untuk itu, tak sedikit suporter perempuan yang terus mengupayakan agar stadion dan tribun aman dan nyaman buat semua pihak.
Belakangan ini The Jakmania juga terus mengkampanyekan tribun aman untuk semua pihak, termasuk perempuan dan anak-anak.
Artikel ini merupakan hasil beasiswa peliputan “ Perempuan Berdaya di Media” yang diadakan oleh Project Multatuli dan Yayasan Hivos dalam kemitraan program We Lead yang didukung oleh Global Affairs Canada.
View this post on Instagram
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar