BOLASPORT.COM - Kepala Tim Gresini Racing, Nadia Padovani, percaya rivalitas antara Francesco Bagnaia dan Enea Bastianini akan menjadi masa depan MotoGP.
Francesco Bagnaia dan Enea Bastianini menjadi protagonis dalam dua balapan terakhir pada MotoGP musim 2022.
Pada balapan terkini MotoGP Aragon (18/9/2022) Enea Bastianini mengalahkan Francesco Bagnaia dalam duel sengit melalui manuver pada lap terakhir.
"Ketika Bastianini menyalip Bagnaia pada lap terakhir, saya hampir terkena serangan jantung," kata Nadia Padovani kepada La Gazzetta dello Sport.
Kemenangan ini menjadi jawaban Bastianini atas hasil berbeda yang terjadi pada seri sebelumnya yaitu MotoGP San Marino.
Dalam lomba di Sirkuit Misano itu Bagnaia mampu menahan Bastianini walau keduanya masih bertarung hingga garis finis.
Begitu ketatnya persaingan antara Bagnaia dan Bastianini, akumulasi gap mereka dalam dua balapan terakhir tak sampai 0,1 detik! Lebih cepat daripada kedipan mata.
Sementara ketika membandingkan jarak mereka dengan pembalap di posisi ketiga, lain lagi ceritanya.
Di Aragon, Bagnaia-Bastianini finis enam detik di depan Aleix Espargaro (Aprilia Racing).
Baca Juga: Ayah Jorge Lorenzo Yakin Marc Marquez Berbohong soal Insiden MotoGP Aragon
Adapun di Misano, selisih waktunya adalah empat detik dari pembalap Aprilia Racing lainnya yaitu Maverick Vinales.
Persaingan ini pun menjadi sorotan mengingat Bagnaia dan Bastianini akan menjadi rekan setim di tim pabrikan Ducati Lenovo musim depan.
Saat ini Bagnaia dan Bastianini memakai motor yang berbeda.
Bagnaia menggunakan motor terbaru Desmosedici GP22, sedangkan Bastianini dipersenjatai Desmosedici GP21, motor tahun lalu, dengan sejumlah pembaruan.
Padovani menilai rivalitas Bagnaia dan Bastianini akan menghidupkan kembali persaingan sengit yang dirindukan MotoGP.
Istri mendiang Fausto Gresini itu tak segan membandingkan keduanya dengan rivalitas klasik antara Valentino Rossi dan Max Biaggi atau Rossi dengan Sete Gibernau.
"Bagi saya, rivalitas mereka bisa menjadi seperti rivalitas antara Rossi dan Biaggi, atau Gibernau," tutur Padovani.
"Tetapi persaingannya harus sehat, serta spektakuler."
"Sekarang kita merindukan karakter seperti Rossi dan Marquez masih belum kembali, publik ingin melihat duel-duel seperti ini," ujarnya.
Baca Juga: Dilema Bos Ducati: Sejujurnya Saya Lebih Suka Bagnaia yang Menang
Nadia Padovani juga buka suara perihak gagasan team order agar Bastianini membantu Bagnaia untuk memburu gelar juara.
Bagnaia menjadi pembalap Ducati yang paling berpeluang karena hanya tertinggal 10 poin dari pemuncak klasemen, Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha).
Meski demikian, tidak mudah bagi Gresini untuk mengalah.
Sebab, Bastianini secara matematis juga punya peluang untuk menjadi juara. Dengan Quartararo, selisih poin yang harus dipangkas Bestia adalah 48 poin.
"Jika tersisa dua balapan lagi dan tidak ada lagi peluang untuk finis lebih tinggi dari peringkat tiga atau dua, kami akan membantu," kata Padovani.
"Itu pendapat saya, tetapi saya tidak tahu apakah Ducati juga sama," ujar Padovani.
Padovani memahami bahwa Ducati sangat memerlukan gelar juara dunia mengingat sudah 15 tahun mereka melewati masa paceklik.
Gelar juara dunia milik Casey Stoner pada musim 2007 masih menjadi gelar pertama dan terakhir Ducati di kelas para raja.
"Tetapi pada akhirnya saya adalah kepala tim Gresini, dan kami di sini untuk meraih hasil baik," kata Padovani lagi.
"Kemudian, saya ulangi, kita lihat saja nanti setelah tersisa satu atau dua balapan."
Baca Juga: Kalah dari Bastianini, Bos Ducati Tak Ragu Sebut Bagnaia yang Harusnya Menang di Aragon
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Corsedimoto.com |
Komentar