"Membuat penggemar mengalir ke pintu keluar. Amunisi termasuk gas air mata, flash bang dan flare," lanjut Washington Post.
Baca Juga: Luis Milla Beri Waktu Libur Demi Jaga Mental Pemain Persib Bandung
Apalagi gas air mata sendiri dilarang penggunaannya dalam pengamanan pertandingan sepak bola.
Akhirnya banyak fans yang terinjak-injak sampai mati atau terjepit diantara dinding dan pintu baja karena beberapa jalan keluar telah ditutup.
Menurut laporan Washington Post, Kepolisian Republik Indonesia belum menanggapi komentar dari mereka.
Menurut Washington Post, terungkap bahwa penggunaan gas air mata oleh polisi sebagai respon atas masuknya ratusan fans ke lapangan.
Hal ini diperparah oleh terkuncinya sejumlah pintu menurut laporan dari beberapa saksi mata.
Baca Juga: Polri Segera Mengumumkan Tersangka Tragedi Kanjuruhan
Tragedi ini jadi yang terparah dalam sejarah pengendalian massa di Indonesia yang pernah tercatat.
Clifford Stott, pakar asal Keele University di Inggris menyebut bahwa Tragedi Kanjuruhan tersebut merupakan kesalahan polisi sepenuhnya.
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | Washington Post |
Komentar