Sementara ketika insiden dalam laga Arema FC vs Persebaya Sabtu lalu banyak yang meninggal dengan wajah membiru.
Oleh karena itu, Haris mempertanyakan penggunaan gas air mata yang berujung 131 korban meninggal dunia, sedangkan ratusan lainnya luka-luka.
"Yang saya rasakan tanggal 1 dengan ketika kejadian tahun 2018 (berbeda), tahun 2018 Aremania bergeletak masih bisa dikipas, dikasih air, tapi ini (peristiwa tahun 2022) tidak bisa apa-apa, korbannya saya lihat mukanya biru-biru," katanya.
Baca Juga: LIVE - Tendangan Jarak Jauh Habil Bawa Timnas U-17 Indonesia Gandakan Keunggulan atas Palestina
Abdul Haris mengatakan padahal dirinya sudah mengingatkan kepada kepolisian dan jajaran yang terlibat dalam pengamanan agar tidak mengulang kejadian serupa.
"Saya sudah mengingatkan saat rapat dengan Pak Kapolres, Aremania, Steward dan lainnya di Lapangan Tenes Polres Malang untuk tidak terulang kembali," katanya.
Berkaca pada dua kejadian tersebut, dia meminta peristiwa pada pekan ke-11 Liga 1 2022/2023 diusut tuntas akar permasalahannya.
Jika perlu dirinya meminta ada autopsi jenazah untuk mengetahui penyebab kematian mereka.
Apalagi, Haris mengaku keponakannya juga meninggal dalam peristiwa itu.
Editor | : | Metta Rahma Melati |
Sumber | : | Kompas |
Komentar