Adapun Quartararo justru mengalami kesulitan, lebih-lebih sejak paruh musim kedua.
Pada saat yang sama pencapaian Quartararo adalah gagal finis (GP Belanda), 8 (GP Inggris), 2 (GP Austria), 5 (GP San Marino), gagal finis (GP Aragon), 8 (GP Jepang), 17 (GP Thailand).
Quartararo hanya mencetak 47 poin, alias nyaris cuma sepertiga dari raihan poin Bagnaia.
Kesalahan tak sepenuhnya berada di tangan Quartararo. Kesuksesan finis kedua pada MotoGP Austria, balapan yang dianggap tidak menguntungkan Yamaha, adalah bukti kerja kerasnya.
Selain itu fakta bahwa Quartararo hampir sendirian membawa Yamaha menjadi juara MotoGP lagi pada musim lalu menunjukkan talenta besarnya.
Bagnaia pun mengakui bahwa Quartararo tetaplah pembalap pertama yang harus dikalahkan untuk menjadi juara dunia MotoGP.
"Fabio, tentunya, adalah pembalap yang harus dikalahkan. Dia adalah salah satu pembalap terkuat dan juara dunia dari tahun lalu," kata Bagnaia kepada MotoGP.com.
"Akan tetapi, saya berada di dalam situasi yang lebih baik daripada Fabio."
"Saya merasa hebat dengan motor saya, saya bisa mendorong diri saya, saya bisa menyerang. Dia mengalami kesulitan lebih besar dengan motornya," tambahnya.
Baca Juga: MotoGP Australia 2022 - Menanti Jawaban Fabio Quartararo yang Sedang Galau
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | MotoGP.com |
Komentar