BOLASPORT.COM - Peningkatan top speed alias kecepatan tertinggi menjadi tema utama persiapan Yamaha untuk MotoGP 2023. Namun, itu bukan satu-satunya.
Ketertinggalan dalam hal kecepatan motor telah menjadi mimpi buruk Yamaha dalam beberapa tahun terakhir.
Dari dulu Yamaha memang bukan pabrikan yang memuja tenaga mesin.
Saat beralih dari mesin V4 ke inline-4 pada tahun pertama dari era MotoGP, Yamaha lebih fokus mempertahankan karakter motor mereka yang mudah dikendarai.
Kemajuan revolusioner yang terjadi pada 2004 makin membuat Yamaha mantap dengan filosofi mereka.
Dibarengi dengan kedatangan Valentino Rossi, Yamaha sukses mereplikasi penyaluran tenaga yang konstan ala mesin V4.
Hasilnya adalah delapan gelar juara dunia MotoGP dengan titel terakhir dipersembahkan Fabio Quartararo pada tahun lalu.
Hanya saja selisih top speed yang terlalu besar dengan kompetitor dari pabrikan lain membuat pembalap sekaliber Quartararo frustrasi.
Quartararo dkk. mengalami kendala besar dalam menyalip lawan. Kalaupun bisa, mereka rentan disusul balik di lintasan lurus. Maju dan mundur.
Baca Juga: MotoGP Australia 2022 - Dunia Sedang Terbalik untuk Marc Marquez dan Fabio Quartararo
Pabrikan berlogo garpu tala tersebut bukannya diam saja.
Usaha mereka meyakinkan Quartararo bertahan dibarengi dengan komitmen untuk meningkatkan tenaga dari mesin YZR-M1 pada tahun depan.
Untungnya, impresi pertama terhadap YZR-M1 2023 positif.
Quartararo dan pembalap Yamaha lain, Franco Morbidelli, cukup puas saat menjajal versi awal mesin 2023 dalam tes tengah musim di Misano pada September lalu.
"Langkah pertama dengan motor 2023 bagus. Motornya bekerja dengan cukup baik di area akselerasi dan top speed," ujar Quartararo, dilansir dari Crash.
"Mengingat ini baru langkah pertama, saya menantikan peningkatan dari mesin musim depan," sambung El Diablo.
Meski demikian, pengembangan motor Yamaha yang baru tidak berhenti dengan kecepatan saja.
Pembalap penguji Yamaha, Cal Crutchlow, membeberkan bahwa ada reputasi lama sebagai "motor gampang" yang berusaha dikembalikan.
Yamaha tadinya menjadi destinasi impian lebih-lebih bagi pembalap baru karena proses adaptasi yang tidak begitu rumit.
Baca Juga: MotoGP Australia 2022 - Bagnaia Jalan bareng Stoner, Murid Rossi Aman di Tangan Mantan Rival
Siapa yang tidak tergiur setelah pencapaian oke Jorge Lorenzo, Ben Spies, Cal Crutchlow, Johann Zarco, Fabio Quartararo pada tahun pertama dengan Yamaha.
Bahkan pencapaian tertinggi Crutchlow di klasemen akhir terjadi ketika dia memperkuat tim satelit Yamaha Tech3.
Walau semua kemenangannya diraih di atas Honda, Crutchlow tak pernah finis lebih tinggi dari posisi kelima dengan 188 poin di klasemen akhir seperti ketika memperkuat Yamaha.
Bagaimana dengan sekarang? Ketika hanya Quartararo yang bisa bersaing di depan, tak ada penjelasan lebih lanjut yang diperlukan.
"Apa yang mereka inginkan adalah lebih banyak kekuatan dan lebih banyak kecepatan dan mereka mendapatkannya," ujar Crutchlow.
"Akan tetapi saya tidak berpikir itu adalah segalanya dan akhir dari segalanya. Bagi saya, ini soal seberapa mudah motornya dikendarai."
"Ketika saya berlomba dengannya pada 2012-13, saya bisa mengendarainya dengan satu tangan memegang setang separuh waktu."
"Dan sekarang tidak mungkin untuk melakukan itu," imbuhnya.
Baca Juga: Francesco Bagnaia: Perbedaan dengan Fabio Quartararo? Situasi Saya Lebih Baik
Crutchlow mengaku bahwa dia memiliki sejumlah gagasan untuk mewujudkannya.
Akan tetapi, keputusan akhir tetap berada di tangan para insinyur Yamaha.
"Tidak mudah untuk meyakinkan mereka karena perubahannya tidak kecil," sambung Crutchlow.
"Di sisi lain, motor tahun ini, yang pada dasarnya juga motor tahun lalu, adalah motor bagus yang masih memimpin kejuaraan dengan dua poin."
"Masalahnya adalah motornya tidak baik untuk pembalap lain selain Fabio. Jadi kita lihat saja nanti."
Quartararo masih menjadi pembalap terdepan dalam perburuan gelar juara MotoGP 2022 dengan keunggulan 2 poin atas Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo).
Sementara itu, Morbidelli harus memangkas gap 15 poin dari Takaaki Nakagami (LCR Honda) untuk naik ke posisi 18.
Bagaimanapun, Crutchlow optimistis dengan peningkatan yang akan dibawa Yamaha pada musim depan.
"Mereka bekerja keras," kata pembalap Inggris Raya terakhir yang mampu memimpin klasemen MotoGP itu.
"Sejujurnya, saya belum pernah melihat Yamaha harus bekerja sekeras ini, sebagai permulaan, dan saya belum pernah melihat Yamaha benar-benar melakukannya."
"Jadi saya merasa positif. Kami perlu memperbaiki beberapa area tetapi saya yakin akan ada lebih banyak saat tes di Malaysia (pada Februari)."
Baca Juga: MotoGP Australia, Mitos Akamsi, dan Rahasia Tikungan Raja Sleding Casey Stoner
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Crash.net |
Komentar