"Menurut saya, kalau senior-junior itu sudah matang. Tolok ukurnya, kami dahulu suka coba ganti-ganti pasangan. Misalnya dulu setelah Nova/Butet, saya coba Butet/Owi, Butet/Rizal itu baru kelihatan mana yg lebih pantas dan cocok," ucap Richard.
"Pasangan yang dibutuhkan untuk pertandingan yang kami kirim. Dengan berjalannya waktu, nanti pasti kelihatan. Dari dua pasangan itu, kami bisa lihat apakah salah satu stuck. Kalau ada satu pasang stuck, kami ganti."
Menurut Richard, sejarah kombinasi senior-junior di pelatnas terbukti berhasil. Contohnya, ketika Gloria dipasangkan dengan Dejan Ferdinansyah yang bisa empat kali menjadi juara.
"Jangan lihat Gloria, tetapi lihat ke depannya (Dejan). Dia masih junior, tetapi bisa mengejar, berarti tren ganda campuran itu harus senior dan junior."
"Kalau sama-sama muda, terkadang egonya keluar, merasa sama-sama bagus, jadi kadang-kadang berantem," aku Richard.
Meski begitu, Richard memaklumi kondisi ganda campuran di pelatnas karena dia mengetahui perjuangan Nova Widianto sebagai pelatih ganda campuran pelatnas harus mulai dari bawah.
"Itu tantangannya. Biarlah Nova bekerja keras, saya tidak masalah," ujar Richard.
Richard mengiyakan bahwa kondisi ganda campuran Indonesia menjadi yang terburuk saat ini.
"Dari yang kami lihat memang belum pernah terputus regenerasi (ganda campuran). Sekarang cuma para pemain muda. Kalau dilihat, kok jauh menurun, padahal sebenarnya tidak," kata Richard.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar