Mesin inline 4 memiliki ruang mesin lebar tetapi pendek sehingga insinyur lebih leluasa dalam menentukan titik berat, artinya motor yang lebih seimbang.
Pada 2004 Yamaha sebenarnya telah menciptakan solusi dengan teknologi crossplane crankshaft yang membuat motor mereka bisa mereplikasi penyaluran tenaga ala mesin V4.
Hanya saja dalam beberapa tahun terakhir Yamaha terlihat keteteran. Di sirkuit dengan tikungan-tikungan cepat pun mereka tak lagi dominan.
Peran aerodinamika yang makin besar tidak membantu Yamaha ketika rival mampu meningkatkan kecepatan dan akselerasi dengan si kuda besi.
Jarak kecepatan tertinggi yang menjadi begitu lebar menyulitkan Fabio Quartararo dkk. untuk bersaing.
Quartararo yang menjadi pejuang tunggal Yamaha dalam persaingan berulang kali meminta perbaikan top speed.
Apakah sudah saatnya bagi Yamaha untuk mengganti filosofi mereka? Lin Jarvis selaku Managing Director Yamaha Motor Racing berpendapat sebaliknya.
"Kami memutuskan untuk bertahan dengan inline 4," kata Jarvis sebagaimana dilansir BolaSport.com dari Crash.net.
"Dengan keluarnya Suzuki, kami menjadi satu-satunya pabrikan yang terus menggunakannya, tetapi kami memiliki pengetahuan besar dan spesialisasi dengan inline 4."
Baca Juga: Kata Sahabat Rossi, Buat Apa VR46 Jadi Tim Satelit Yamaha kalau Ducati Lebih Baik
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Crash.net |
Komentar