BOLASPORT.COM - Derbi China pada nomor tunggal putra All England Open 2023 membuat negara tersebut berniat mengembalikan kejayaan nomor tersebut seperti masa lalu.
Final tunggal putra mungkin akan dikenang karena hasil cukup telak Juara Dunia 2018, Shi Yu Qi dari rekan senegaranya yang lebih muda Li Shi Feng.
Setelah gim pembuka yang mendebarkan, Shi mengalami kehancuran yang menakjubkan hanya mendapatkan lima poin pada gim kedua, dengan skor akhir 26-24, 21-5 untuk keunggulan Shi
"Saya kagum dengan hasil ini. Saya bahkan tidak pernah menyangka bisa mencapai final," kata Li dilansir BolaSport.com dari laman resmi BWF.
"Kuncinya adalah jangan pernah menyerah. Jelas ada tekanan, tetapi saya membidik sangat tinggi. Saya menemukan bahwa setiap kali saya merasakan lebih sedikit tekanan, saya dapat tampil lebih baik," ucap Li yang berusia 23 tahun itu.
Hebatnya, Shi tidak menawarkan alasan apa pun.
"Saya tertinggal dengan cepat pada gim kedua dan saya tidak bisa mengejar," ucap Shi.
"Saya merasa baik secara fisik. Kesenjangan poin telah melebar di antara kami dan saya tidak yakin apa yang bisa saya lakukan. Saya membuat beberapa kesalahan dan jaraknya terlalu lebar."
"Tetapi, saya berhasil mencapai final. Meskipun saya kalah, itu berarti saya masih di dalam trek yang baik," ujar Shi.
Para pebulu tangkis China bisa kembali mendominasi di tunggal putra jika penampilan luar biasa mereka pada All England menjadi segalanya.
Shi yang saat ini menduduki peringkat ke-12 dunia dan Li (ranking ke-14 dunia).
Shi tampil mengesankan ketika ia memastikan kemenangan 21-19, 21-13 atas Juara All England 2021 Lee Zii Jia di Utilita Arena di Birmingham pada semfinal.
Sementara itu, Li harus bekerja lebih keras untuk menghentikan perlawanan Anders Antonsen (Denmark) sebelum menang 21-11, 19-21, 21-18 dalam pertandingan semifinal yang mendebarkan selama 95 menit.
Terakhir kali China finis di urutan pertama dan kedua pada turnamen besar adalah pada Malaysia Open 2019.
Saat itu, Lin Dan menang atas Chen Long. Dan All England terakhir yang menampilkan dua tunggal putra China pada partai final terjadi pada All England 2018 ketika Shi unggul melawan Lin Dan.
Lin Dan dan Chen Long telah mendominasi bulu tangkis pada masa kejayaan mereka dan menanamkan rasa takut kepada lawan setiap kali mereka melangkah ke lapangan.
Lin Dan merebut medali emas Olimpiade pada 2008 dan 2012, sementara Chen Long membawa pulang keping medali emas pada Olimpiade Rio 2016.
Chen juga telah memenangkan semua gelar penting selama berkarier sebagai pebulu tangkis.
Setelah keduanya gantung raket, China kesulitan mengisi kekosongan dengan kehadiran tunggal putra nomor satu dunia, Viktor Axelsen (Denmark) yang mendominasi olahraga tersebut.
Baca Juga: Jadwal Siaran Langsung Swiss Open 2023 - Mulai Tayang Babak Semifinal
Shi dipandang sebagai orang yang paling mampu mengisi posisi Lin Dan dan Chen Long ketika ia naik ke peringkat tertinggi dalam kariernya di peringkat ke-2 dunia pada 2017.
Larangan bertanding selama 10 bulan pada akhir 2021 karena ketidakdisiplinan tampaknya telah menggagalkan kemajuannya, tetapi dia perlahan bangkit kembali saat comeback pada Agustus 2022.
"Tidak menutup kemungkinan pemain tunggal putra China kembali mendominasi," ujar pelatih tunggal putra nasional Malaysia sekaligus juara dunia 2001 asal Indonesia, Hendrawan dilansir dari The Star.
"Jika Anda lihat sekarang, mereka memiliki lima pemain di peringkat 30 besar dunia dan semuanya memiliki standar yang sama," ucap Hendrawan.
"Meskipun saya percaya bahwa untuk saat ini, masih agak sulit bagi mereka untuk mencapai level Lin Dan dan Chen Long, tetapi jika diberi waktu, ini bisa terjadi."
Selain Shi dan Li peringkat 30 besar tunggal putra China lainnya adalah Lu Guangzu (ranking ke-10), peraih medali perunggu Kejuaraan Dunia 2022 Zhao Jun Peng (ranking ke-13) dan Weng Hon Yang (ranking ke-27).
Selama era Lin Dan, China juga memiliki tunggal putra kuat seperti Chen Jin dan Bao Chun Lai di barisan mereka.
Sekarang, dengan perlombaan kualifikasi satu tahun untuk Olimpiade Paris 2024 yang akan dimulai pada Mei, China dapat kembali memiliki pemain berbahaya.
Pada Olimpiade untuk nomor tunggal, dua slot diberikan kepada masing-masing negara dengan yang menembus peringkat 16 besar dunia.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Thestar.com.my, BWFBadminton.com |
Komentar