BOLASPORT.COM - Pengamat sepak bola, Akmal Marhali, meminta agar semua pihak khususnya PSSI tidak puas dengan sanksi ringan yang diberikan FIFA buntut batalnya Piala Dunia U-20 2023 digelar di Indonesia. Dia justru meminta harus ada instropeksi agar kejadian serupa tak terulang.
FIFA dan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, telah mengungkapkan bahwa Indonesia dipastikan tidak mendapatkan hukuman berat.
Indonesia diberi kartu kuning oleh FIFA dengan sanksi administrasi dibekukannya bantuan dana dari program FIFA Forward 3.0.
Sanksi ini dipastikan setelah Erick Thohir bertemu dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino, di Paris, Prancis, saat membicarakan hukuman untuk Indonesia.
Baca Juga: Klarifikasi Zainudin Amali Terkait Isu Pelanggaran Etik FIFA yang Dilakukan Indonesia
Indonesia dipastikan hanya kehilangan kucuran dana dari FIFA sebesar Rp104 Milliar.
Meski kehilangan dana sebesar itu, masyarakat Indonesia patut bersyukur karena FIFA hanya menjatuhkan hukuman ringan.
Sanksi yang dijatuhkan bukan yang berat misalnya pembekuan federasi.
Namun, mengomentari hukuman ini, Akmal Marhali meminta agar PSSI tidak berpuas diri.
Menurutnya hukuman itu seharusnya menjadi evaluasi kenerja PSSI serta kolaborasi Pemerintah agar kejadian seperti ini tidak terulang.
Untuk itu, Akmal Marhali meminta agar PSSI tak jemawa dan bisa menjadikan hukuman ini sebagai pelajaran.
“Hukuman ringan ini jangan kemudian membuat kita jemawa,” ujar Akmal Marhali sebagaimana dikutip dari Instagram resminya, @akmalmarhali, Jumat (7/4/2023).
“Apapun alasannya kita tetap mendapatkan hukuman dan FIFA membuktikan bahwa mereka tetap menjaga kedaulatannya sebagai sebuah federasi olharaga yang menegakkan wibawa di mata anggotanya."
"Untuk mereka yang sudah telanjur melakukan kesalahan fatal ini harus menjadikannya sebagai pelajaran penting di mana sepak bola tidak boleh dikaitkan atau dicampuradukkan dengan politik,” lanjutnya.
Baca Juga: Presiden FIFA Merespons Pernyataan Erick Thohir soal Sanksi Ringan Indonesia
“Tidak boleh ada lagi PDIP (Piala Dunia Isinya Politik), sepak bola harus tetap menjadi sepak bola, jangan sampai kemudian sepak bola dijadikan kendaraan politik,” ucapnya.
Lebih lanjut, Akmal mengatakan Indonesia sebenarnya beruntung dengan hukuman yang diberikan ini.
Sebenarnya seluruh masyarakat khususnya pelaku sepak bola sudah ketar-ketir dengan hukuman yang akan diberikan oleh FIFA.
Apabila hukuman berat yang diberikan FIFA, maka semua pihak akan merasakan akibatnya.
Untuk itu, atas peristiwa ini, Akmal meminta semua pihak harus introspeksi diri agar ke depannya tak terjadi lagi.
“Beruntung kita hanya mendapatkan kartu kuning, bukan kartu merah. Tetapi, seluruh elemen sepak bola Indonesia harus lebih mawas diri ke depannya,” tulis Akmal.
Akmal menekankan agar kejadian serupa tak boleh terulang.
Yang dimaksud di sini agar perkara olahraga tidak akan dicampuradukkan dengan politik.
Seperti diketahui, FIFA mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 tak lama setelah adanya penolakan timnas Israel datang ke Tanah Air.
Penolakan timnas Israel berlaga di Piala Dunia U-20 2023 Indonesia terus dikumandangkan.
Sejumlah kepala daerah yakni Gubernur Bali, I Wayan Koster, dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, ikut menolak kedatangan Israel.
FIFA memang melakukan pencoretan dengan tidak mencantumkan alasan secara rinci.
Akan tetapi, keputusan ini dilakukan tepat setelah adanya penolakan Israel dan FIFA hanya menjelaskan bahwa pencoretan tersebut dilakukan karena situasi terkini saja.
Tidak dijelaskan alasan pastinya pencoretan Indonesia secara gamblang.
Dengan situasi sekarang ini, Akmal pun menyarankan agar seluruh induk olahraga di Indonesia duduk bersama dengan Pemerintah mencari solusi terbaik.
Baca Juga: BREAKING NEWS - Erick Thohir Ucap Alhamdulillah, Indonesia Hanya Disanksi Administrasi oleh FIFA
Hal ini harus dilakukan agar masalah olahraga tidak dicampuradukkan dengan isu politik.
“Hal krusial yang penting dilakukan ke depannya memperjelas legal standing berkaitan dunia sepak bola Tanah Air dan cabang olahraga lainnya,” kata Akmal Marhali.
“PSSI harus duduk satu meja dengan organisasi olahraga lainnya untuk membahas hal ini bareng Pemerintah. Kita mau di posisi apa, bersaing secara regional atau puas dengan kondisi saat ini.”
Akmal menilai PSSI harus melakukan hal ini agar kejadian serupa tak terulang.
Sangat disayangkan apabila perjuangan sebuah federasi untuk bidding kemudian berhasil harus berakhir tanpa kejelasan dan hanya sakit hati yang dirasakan.
Baca Juga: Update Rangking FIFA - Argentina Pecundangi Brasil dan Kuasai Puncak, Timnas Indonesia Melonjak
“Maksudnya, kalau kita mau menggelar hajatan besar olahraga internasional, posisi politiknya harus tegas. Harus dilakukan judicial review terhadap konstitusi bangsa agar tidak diterjemahkan secara tekstual, tetapi kontekstual,” tutur Akmal.
“Jangan lagi kejadian seperti Piala Dunia U-20 terulang. Kasihan PSSI, sudah capek-capek bidding dan akhirnya berhasil, namun akhirnya gagal jadi tuan rumah karena penolakan berbagai elemen terhadap Israel,” pungkasnya.
“Jangan main-main lagi ke depan, Pemerintah harus bisa meredam gejolak, memisahkan politik dan sepak bola.”
View this post on Instagram
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : |
Komentar