Baca Juga: MotoGP Americas 2023 - Sudah Podium, Fabio Quartararo Tetap Sindir Yamaha
"Benar, motor kami adalah motor terbaik di grid. Tapi jika saya terjatuh dan saya tidak tahu apa alasannya, itu percuma," kata Bagnaia.
"Kami sudah kehilangan peluang 45 poin selama dua akhir pekan (dua seri balapan, red). Saya justru lebih suka menjadi lebih lambat 0,1 detik tetapi memahami semuanya dengan baik."
"(Dengan Ducati ini) saya merasa tak terkalahkan, bisa melakukan apa saja tanpa mengambil risiko gila, tapi kalau jadinya seperti ini (tidak bisa ketemu masalahnya) justru sangat menyulitkan."
"Saya mungkin lebih suka motor yang tidak stabil. Mungkin motor (Ducati) terlalu banyak filter karena sangat stabil, hingga penunggangnya seperti bisa melakukan apa saja dan merasa tak terkalahkan."
Hari balapan Bagnaia pun berubah dari yang tadinya cerah menjadi gelap.
Setelah memenangi Sprint pada hari Sabtu (15/4) dan mengklaim bahwa itu adalah hari terbaiknya, kini ia justru merasa ada sesuatu yang salah dengan motor Ducati yang terlampau bagus.
"Awalnya minggu ini semuanya sempurna, sepanjang akhir pekan ini sempurna. Ketika saya mencoba mendorong, saya melakukan hampir di kisaran waktu 2 menit 3 detik. Ketika saya mengontrolnya, saya masih di angka 2 menit 3,4 atau 3,5 detik."
"Tapi sekarang saya rasa mungkin kami perlu kehilangan stabilitas semacam itu. Agar pembalap lebih mampu mendapatkan feeling, sehingga bisa mengontrol ban lebih baik."
"Saya tetap mengakui bahwa motornya memang sempurna, tapi jika Anda crash dan kehilangan 45 poin dalam dua seri balapan, berarti ada yang tidak sempurna," pungkas Bagnaia.
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | Crash.net |
Komentar