"Sebuah hal yang manusiawi kalau Anda marah )cemburu) kepada mereka yang melakukan hal (prestasi) yang sama seperti Anda atau lebih baik dari Anda."
"Tidak peduli ini pekerjaannya apa, entah dokter, koki pizza atau pembalap. Karena menyembunyikannya terkadang membuat segaalnya justru lebih palsu," kata Rossi lagi.
Namun demikian, Rossi kembali mengingatkan bahwa era pers saat ini pun juga sudah sangat berbeda dibanding saat dia masih balapan.
Terutama media-media Barat yang sering memelintir kata demi kata.
"Sekarang semua yang Anda katakan memantul dari 300 situs (media) dan Anda bisa menanggung konsekuensinya selama dua minggu (terus dibicarakan)," kata Rossi.
"Anda hanya melakukan wawancara selama setengah jam, tapi mereka bisa mencari cara untuk mencari judul bombastis agar diklik. Itu yang menjengkelkan," katanya lagi.
Di sisi lain, Rossi sendiri dikenal sebagai pembalap yang tak jarang psywar dengan lawan. Apalagi jika lawan yang lebih dahulu memancing atau membuat kesalahan.
Tetapi psywar hanyalah psywar bagi Rossi. Pria 44 tahun itu bisa dibilang justru punya kendali amarah yang baik. Tak sekalipun Rossi pernah marah-marah di paddock hingga banting helm atau sarung tangan, seburuk apapun hasil balapannya.
"Saya belum pernah melihat Rossi menendang panel paddock atau sampai melempar helm," ujar Alex Briggs, salah satu mekanik kepercayaan Rossi, dikutip dari Corse di Moto.
"Bahkan ketika dia kehilangan gelar juara dunia, dia tidak pernah kehilangan kesabaran. Dia tetap menghormati pekerjaan dan upaya yang dilakukan orang-orang di sekitarnya," tutur Alex Briggs lagi.
"Apa yang dilakukannya (ketika kalah) adalah berhenti dan kemudian mencari penjelasan," ucap Briggs.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Todocircuito.com |
Komentar