"Maksudnya, mereka tahu apa yang salah dengan pemain. Paling yang bisa mengimbangi itu hanya Ginting, tapi terakhir terakhirnya apa? Kalau fisik udah habis, sudah tidak bisa berpikir, sudah loss aja."
"Mainnya ngawur saja. Nah disitu gunanya tim, apalagi sekarang PBSI katanya ada namanya sport science, mereka analis pasti mereka tau dan Ginting juga diajak bicara kenapa gim 1 bisa, gim ke-2 tidak bisa, gim ketiga tambah tidak bisa. Itu menjadi PR mereka," tutur Taufik.
Analisis ini tidak hanya untuk Anthony, tetapi juga mencakup tunggal putra Indonesia lainnya bagaimana statistik pertemuan dengan Axelsen.
"Apa yang menjadi batu sandungan. Sekarang masih dibayangi Axelsen. Belum apa-apa kayak sudah kalah dulua. Mudah mudahan dengan kejuaraan Asia ini, Ginting bisa tambah lagi percaya dirinya," ucap Taufik.
"Sayang saja, dia punya talenta yang bagus tinggal kurangnya itu. Dari segi teknik, bisa menyamai Axelsen," aku peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 itu.
Meski Anthony berasal dari klub yang sama dengan Taufik, SGS Elektrik, pria berusia 41 tahun ini mengatakan bahwa dia sudah lama tidak berkomunikasi dengan Anthony.
"Jujur ya kalau komunikasi saya tidak pernah. Tidak pernah memberi motivasi apa-apa. Dulu saja mungkin sekali dua kali, tetapi sudah lama saya berbicara dengan Ginting. Kalau untuk sekarang, sama sekali tidak ada komunikasi," aku Taufik.
"Takutnya juga apakah dia bisa menerima apa tidak. Toh selama ini dia sudah dewasa, sudah bisa memilih jalan sendiri, kecuali dari anaknya yang minta (saran) bisa saja. Yang senior bukan saya saja."
"Orang tergantung dia nyaman sama siapa. Mungkin ada senior lain yang memang bisa komunikasi dengan Ginting. Kalau saya datang, terus menawarkan ini saya bukan tipikal yang seperti itu juga."
"Kalau ada orang yang minta tolong ada yang ingin berdiskusi sama saya, saya selalu terbuka dan selalu bilang ya," ujar Taufik.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar