"Kamu tahu kapan kamu sudah merasa cukup dan tidak ingin melakukannya lagi. Beberapa pembalap membuat kesalahan dengan melanjutkan. Beberapa pembalap membutuhkan uang, beberapa pembalap membutuhkan kesibukan yang Anda dapatkan dari balap sepeda motor."
"Saya berusia 31 tahun ketika menyelesaikan balapan, setahun lebih tua dari Marc, dan bahkan sekarang saya masih bangun di pagi hari sambil memikirkan rasio roda gigi," ujar Huewen.
Marquez tercatat telah jatuh 14 kali tahun ini, lebih banyak dari pembalap lain meskipun dia melewatkan tiga seri balap. Jadi tidak ada kekurangan komitmen.
"Tapi saya pikir kenyataan dari situasi memukulnya sekeras kecelakaan highside di Sachsenring. 2023 akan menjadi tahun keempat Marquez berturut-turut tanpa gelar," tutur editor Crash, Pete McLaren.
"Tidak ada pembalap yang pernah memenangkan 500 atau gelar MotoGP lagi setelah jeda lebih dari tiga tahun seerpti yang diraih oleh Casey Stoner pada 2007 dan kemudian 2011," ujar McLaren.
"Saya pikir peristiwa akhir pekan Sachsenring dan Assen hanya menggarisbawahi rasa frustrasi yang semakin besar dan waktu krisis semakin dekat untuk Marquez dan Honda. Dia melawan balik dari semua cedera dan operasi ini."
"Dia sudah siap secara fisik, tetapi motornya masih belum dan sepertinya masih jauh. Marc Marquez harus membuat keputusan cepat atau lambat; tetap setia atau pergi ke tempat lain."
"Atau dia mungkin melompat ke Ducati, KTM atau Aprilia dan memenangkan gelar juara dunia!"
Baca Juga: Motornya Diduplikat, Cerita Pedrosa Marah Kepada Marc Marquez
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Crash.net |
Komentar