Lebih lanjut, Bradl menilai keinginan Marquez belum didukung oleh situasi Honda di mana mereka tertinggal dalam pengembangan perangkat lain seperti aerodinamis.
"Ya, tapi Anda harus melihat bahwa kelas MotoGP telah banyak berubah sejak 2019," ucap Bradl, dilansir BolaSport.com dari Speedweek.
"Kekurangan ada dari segi ban, tapi teknologinya menjadi lebih brutal, dari segi aerodinamis semua perangkat termasuk rear lowering device."
"Perkembangan ekstrim telah terjadi dalam waktu singkat dan dengan perkembangan ini, pabrikan Jepang tidak mengikutinya seperti Eropa," imbuhnya.
Marquez sendiri dipandang selalu tampil di luar batas kemampuannya untuk membawa melejit di tengah keterbatasan yang ada.
Aksi dan hasil yang didapat pemilik nomor 93 itu secara tidak langsung telah menunjukkan bahwa tim berlogo sayap tunggal tersebut belum siap bersaing meraih kemenangan.
"Tapi Marquez mungkin tidak bisa mengubah strateginya, dia tidak bisa menerima bahwa dia berada di urutan kedelapan atau kedua belas di manapun," kata Bradl menjelaskan.
"Begitulah dia, dia selalu berusaha untuk mendapatkan hasil maksimal yang lebih dari itu, Anda tidak bisa menyalahkannya untuk itu."
"Marquez selalu mencapai batasnya dan melampauinya, itu cukup mengkonfirmasi bahwa paket kami belum siap."
"Kami juga tidak berkembang lebih cepat, apakah dia finis ke-12 atau jatuh karena roda depan lagi di lap keenam, itu tidak membuat perbedaan besar bagi tim," imbuhnya.
Baca Juga: Bursa Transfer MotoGP - Valentino Rossi Gagal Selamatkan Franco Morbidelli, Yamaha Pilih Alex Rins
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar