"Tetapi, waktu itu saya tidak terima dengan keadaan itu karena saya sudah berjuang mati-matian disini. Saya tidak ada embel-embel uang atau apa. Itu berkat kerja keras saya dari titik nol sampai sekarang," ucap pria yang akan tampil pada Liga Bulgaria itu.
Namun, jauh sebelum SEA Games, pemilik tinggi badan 187 cm itu melalui jalan yang panjang untuk bisa menembus kompetisi tingkat nasional.
"Jadi, selama itu saya berjuang sendiri dari klub ke klub lain. Dari tidak punya klub, klub yang notabene kecil. Tetapi, saya cari jalan sendiri untuk tetap kesini (tembus pelatnas)," aku Fahri.
Fahri menuturkan bahwa awal dia mengenal bola voli karena tekad.
"Basic-nya ibu dan bapak dari voli. Dulu bapak pernah bermain di proliga. Zaman mas Loudry tahun 2000-an ikut Proliga sebagai setter, cuma saya dibesarkan dengan ibu saya sendiri karena punya masalah keluarga," kata Fahri.
"Jadi, dari kecil saya besar dengan ibu. Dan ibu waktu itu sibuk dengan pekerjaannya. Nah, waktu itu beliau menjadi Polwan. Jadi, jarak rumah ke tempat kerja itu jauh sekitar 1 jam lebih. Rumah di Bantul dan ibu bekerja di Polda Yogya."
"Jadi, berangkat subuh pulang malam. Waktu itu, sempat beralih ke sepak bola dan sudah sampai PSIM junior U-13 cuma bosan karena tidak ada teman berangkat karena ibu juga sibuk."
"Terus saya pulang, tidak melakukan apa-apa selama setahun, lalu dipaksa kembali lagi sama ibu."
Ibu Fahri juga atlet voli sampai tingkat provinsi dan setelah itu menjadi polwan.
"Saya dua bersaudara beda bapak. Berawal dari klub, tetapi saya tidak belajar voli disitu. Saya belajar sendiri autodidak, waktu itu YouTube. Terus mimpi kebawa, ngebayangin latihannya begini," ujar Fahri.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar