BOLASPORT.COM - Legenda tunggal putra Indonesia, Taufik Hidayat, mengaku prihatin dengan prestasi bulu tangkis Tanah Air dalam periode kualifikasi Olimpiade Paris 2024.
Hingga paruh pertama 2023, baru empat wakil Merah Putih yang menyumbang gelar dalam kalender BWF World Tour 2023.
Namun, dalam race to Paris pemain unggulan Indonesia baru sedikit yang masuk dalam daftar 10 besar.
"Memang mengkhawatirkan. Kalau bisa dibilang apa sih sekarang? masih bersyukur kita dilihat dari ganda putra yang memang masih bisa dibilang stabil," kata Taufik di sela acara penghargaan Santini Jebreeet Media Awards 2023 di Jakarta, Rabu (19/7/2023)
"Dan itu kita tidak bisa terlena juga karena negara lain apalagi 2024 ini mau Olimpiade, persaingan sangat ketat. Kalau dilihat dari nomor tunggal, sekarang siapa sih? hanya Ginting saja (yang prestasinya stabil," ucap Taufik.
Peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 itu mencontohkan pada Indonesia Open 2023 hanya Anthony Sinisuka Ginting yang melaju hingga partai puncak.
"Pemain lain belum ada, apalagi pertandingan di kelas 1000 memang belum ada yang terdengar. Begitu juga pemain pelapisnya. Menjadi seorang juara tidak gampang. Kalau mau jujur, PBSI yang lebih tahu polanya."
"Kalau saya melihat Ginting pemain bagus. Dia hebat dan punya skill, tetapi kalau melihat itu, saya diskusi pelatih yang lama daya tahan dia agak kurang, Mental juga kurang untuk mencapai performa yang stabil di level atas," tutur Taufik.
Taufik juga menyoroti performa Chico Aura Dwi Wardoyo yang pada tahun ini menjuarai Taipei Open 2023.
"Dia (pemain) bagus, bisa juara dan kita bersyukur. Tetapi kalau soal atlet, mantan atlet, orang awam, pasti prediksinya beda. Pasti melihat secara kasat matanya beda. Turnamen di Taiwan level berapa? 300 kan? yang ikut main siapa saja? sewajarnya dia memang harus juara," ujar Taufik.
"Coba level 500, 750, atau 1000. Seorang Chico, seorang Jojo (sapaan akrab Jonatan Christie) seorang Ginting sudah tidak bicara level 300 lagi seharusnya. Chico bukan anak baru kemarin, dia sudah berapa tahun di pelatnas? "
"Kalau memang mengejar harus mengejar target. Bangga, bersyukur boleh, tetapi jangan berpuas diri. Kita harus lihat levelnya. Itu kalau yang bicara seorang mantan atlet bulu tangkis. Tetapi, kalau orang awam menilai juara itu sama, ya monggo saja," kata pria 41 tahun itu.
"Kalau saya, lihat dulu levelnya berapa, atlet yang main siapa saja? begitu. Ya, mudah-mudahan dia bisa lebih bagus lagi di pertandingan besar nanti. Itu jadi suatu motivasi dia karena banyak pertandingan yang lebih besar lagi," ucap Taufik.
Taufik lalu memprediksi bahawa sektor tunggal putra Indonesia berpeluang diwakili oleh Anthony dan Jonatan pada Olimpiade Paris 2024.
"Tetapi, ini masih ada setahun 10 bulan lagi sampai akhir April tahun depan. Berharap ya 2 pemain itu yang bisa ikut. Kalau untuk juara, kita belum lihat, tetapi masuk Olimpiade saja dulu baru menjadi yang terbaik di situ," ujar peraih emas Asian Games 2006 itu.
"Bisa dibilang ini memang kesempatan mereka berdua karena jatahnya cuma dua, kecuali kalau mereka ada di peringkat 1-3, mungkin bisa 3 yang ikut. Kalau yang dekat sekarang ini cuma 2 (pemain) itu saja."
"Ya mudah mudahan mereka bisa masuk di situ dan sekarang masih ada waktu. Semoga tim bisa bekerja sama," ujar Taufik.
Selain tunggal putra, Taufik berharap pebulu tangkis Indonesia juga lebih selektif memilih turnamen yang diikuti.
"Saya harap untuk atlet yang lain tidak mengikuti pertandingan setiap minggu. Mereka bisa pilah-pilih lah. Jangan cuma datang babak pertama pulang, buat apa?"
"Apalagi kalau memang rankingnya sudah di atas. Lebih baik pertandingan jalan, tetapi sekali pertandingan mereka bisa mendapat hasil yang maksimal. Daripada ikut pertandingan 1-3 turnamen, tetapi hasilnya tidak ada yang bagus buat apa," ucap Taufik.
"Lebih baik mereka latihan saja karena mereka mengejar poin, terkadang mengejar uang, hadiah, apa ini semua, tetapi hasilnya nol. Saya harap pilah-pilih demi kebaikan mereka dan bulu tangkis Indonesia."
Taufik juga menyoroti pebulu tangkis Indonesia yang masih kurang dalam hal gizi.
"Maksudnya, kalau di situ (pelatnas) benar-benar ada sport science, kita harus cek juga karena selera makan berbeda-beda. Mereka seharusnya ada dokter gizi dan dokter gizi harus tahu mereka makan pagi, siang, sore, malam yang sehat seperti apa," tutur Taufik.
"Balik lagi, kalau sport science-nya sudah bisa mendukung atlet, balik lagi komitmen atletnya bagaimana. Jangan sudah di kasih makanan bergizi di luar makan yang lain lagi."
"Jadi memang kolaborasi pemain dan tim. Kalau bisa dilihat, sekarang mungkin lebih baik daripada dulu. Tetapi, kalau dibilang sempurna, ya tidak," aku Taufik.
"Kita belum memenuhi standar makanan atlet. Saya tidak tahu antara atletnya yang tidak tahu harus makan apa saja atau memang kurang informasi dari dokter gizinya."
"Memang itu sangat penting untuk saat ini, ya. Kalau makan sembarangan bisa mengganggu daya tahan tubuh," ujar Taufik.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar