Terlebih seringkali kekalahan mereka juga dihiasi dengan cara unggul duluan tapi malah tertikung di akhir.
"Padahal dari awal bisa terus memimpin dalam perolehan poin. Namun justru di poin-poin tua, kami malah kurang bisa tampil konsisten dalam menjaga keunggulan poin," ucap Apriyani.
"Bola-bola yang sebenarnya gampang, (tapi) malah tidak bisa kami matikan," katanya.
"Karena lawan yang sebelumnya ketinggalan poin, malah bisa menyusul. Permainannya jadi makin berkembang. Lawan juga jadi tambah percaya diri," tutur peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 bersama Greysia Polii tersebut.
Penurunan performa yang dialami Apriyani/Fadia ini telah terjadi hampir delapan bulan terakhir.
Setelah debut fantastis sebagai pasangan duet pada tahun lalu, mereka sempat membuat gempar peta persaingan ganda putri dunia. Apriyani/Fadia melesat tajam dengan menumbangkan wakil-wakil top 10.
Namun seiring berjalannya waktu, permainan mereka mulai mudah ditebak lawan. Konsistensi menurun hingga serangan monoton membuat Apriyani/Fadia 'mudah' terjegal.
Tipe main serang mereka yang agresif, kini perlahan dimentahkan dengan reli-reli serang khas ganda putri yang menguras tenaga. Terburu-buru di poin kritis juga sering menjadi penyebab mereka kehilangan angka.
Petualangan Apriyani/Fadia di ajang BWF World Tour masih belum memuaskan sejak terakhir kali menjadi kampiun pada Singapore Open 2022.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | PBSI |
Komentar