"Saya tahu bahwa saya harus membuka jarak saat itu, itulah yang saya lakukan dan balapannya berlangsung dengan sempurna."
Alex nyaris tak pernah melihat ke belakang lagi setelah memimpin.
Karakter sprint yang terbilang singkat, dengan durasi lomba hanya setengah dari balapan utama, membuat pembalap bisa tampil habis-habisan sejak awal hingga akhir.
Sensasi bagus membuat Alex bisa memacu motornya, seperti apa yang biasa dilakukan kakaknya, Marc saat mendominasi kejuaraan.
Sayangnya, kesuksesan Alex tak bisa diikuti Marc yang memperkuat Repsol Honda.
Juara dunia delapan kali itu masih terseret dalam krisis yang dialami Honda hingga hanya bisa finis di posisi ke-18 saat sprint.
Kendati begitu, kesuksesan Alex tetap menjadi obat pelipur lara bagi Marc.
Sejak awal Marc sudah meminta orang-orang untuk mengapresiasi Alex karena prestasinya sebagai juara dunia Moto3 dan Moto2 alih-alih karena menjadi adiknya.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | GPOne.com |
Komentar