BOLASPORT.COM - Sprint MotoGP Inggris kembali menghadirkan realita bagaimana Honda dan Yamaha begitu tertinggal dari kompetitor-kompetitor mereka.
Lintasan yang basah karena hujan pun tak mampu menetralkan level persaingan saat sprint MotoGP Inggris berlangsung di Sirkuit Silverstone, Northamptonshire, Inggris, Sabtu (5/8/2023).
Para rider Yamaha tetap menjadi pelengkap dalam peta persaingan yang ujung-ujungnya didominasi pembalap dari pabrikan Eropa: Ducati, KTM, dan Aprilia.
Baca Juga: Hasil Sprint MotoGP Inggris 2023 - Alex Marquez Menang, Pembalap Pabrikan Jepang Mengenaskan
Padahal, soal urusan "joki", Honda dan Yamaha punya line-up jempolan.
Tim mana yang tidak ngiler dengan talenta juara dunia dari nama-nama seperti Marc Marquez dan Joan Mir di Repsol Honda atau Fabio Quartararo dan Franco Morbidelli di Monster Energy Yamaha.
Namun, bakat mereka tidak cukup untuk mengatasi keunggulan motor lawan yang menuai hasil dari agresivitas dan keluwesan dalam pengembangan motor, utamanya aerodinamika.
Dalam satu titik bahkan enam posisi terbawah dalam sprint semuanya dihuni oleh pembalap pabrikan Jepang.
"Motor kami masih terlihat seperti sebuah motor," komentar Quartararo yang cuma bisa finis di posisi ke-21.
Soal penampakan luar, motor Yamaha M1 dan Honda RC213V masih terlihat normal dibanding rival mereka yang menyerupai pesawat terbang.
"Motor pabrikan lain, tidak demikian. Dunianya sudah berbeda. Dari luar Anda bisa melihat sesuatu. Menarik untuk melihat apa yang berbeda di dalamnya."
Yamaha dan Honda telah kalah start dalam pengembangan aerodinamika yang perannya makin krusial dalam beberapa musim terakhir.
Diperlukan lobi-lobi ekstra untuk meluluhkan hati petinggi dan insinyur yang berbasis di Jepang untuk mengubah pola pikir yang tradisional.
Soal aerodinamika, komponen yang berfungsi menciptakan grip dari perbedaan tekanan udara ini menuai pro dan kontra.
Walau terbukti meningkatkan performa, aerodinamika dianggap tidak relevan dengan kebutuhan pengendara motor pada umumnya.
Baca Juga: Bos Ducati Iba Lihat Murid Valentino Rossi Sengsara di Yamaha
Progres pelan dari Honda dan Yamaha pada akhirnya membuat pembalap mereka sendiri frustrasi karena cuma bisa pasrah.
Morbidelli, menjadi pembalap pabrikan Jepang terbaik hanya dengan finis ke-15, harus menahan diri untuk tidak tertawa ketika diingatkan bahwa musim depan dia akan pindah.
"Itu pertanyaan yang terlalu mudah (apakah saya sudah tidak sabar untuk pindah ke motor yang lebih cepat)," sahut murid Valentino Rossi itu sambil terkekeh, dikutip dari Crash.net.
Morbidelli digadang-gadang akan pindah ke Gresini Racing atau Mooney VR46, dua-duanya tim satelit Ducati, setelah kontraknya tidak diperpanjang Yamaha.
Sementara Marquez dan Mir menepis kabar bahwa mereka sedang mencari jalan keluar untuk kembali ke persaingan gelar musim depan.
Seperti diberitakan sebelumnya, Marquez santer dihubung-hubungkan dengan KTM sedangkan Mir diisukan menawarkan jasanya ke Gresini.
Marquez mengulangi komitmennya untuk membawa Honda keluar dari krisis berkepanjangan.
Sprint MotoGP Inggris kemudian tak dianggap serius oleh Marquez. Sadar peluangnya kecil, juara dunia delapan kali itu beralih ke mode "Sunmori" di sisa tiga lap terakhir.
Marquez sengaja membiarkan rekan setimnya, Mir, lewat, untuk posisi ke-18, demi melihat sendiri perbedaan antara motor Honda dengan motor tim lainnya.
Sebagai informasi, cuma sembilan pembalap terdepan yang mendapatkan poin saat sprint. "Sama saja apakah saya finis ke-14 atau ke-18," aku Marquez.
"Saat mengikuti pembalap tim lainnya, saya tertinggal dalam akselerasi. Saat mengikuti Mir, saya tidak pernah kalah dalam akselerasi. Saya bisa membayanginya dengan baik."
"Akan tetapi, dengan pembalap lain, semuanya menjadi lebih sulit karena kami kalah akselerasi lalu mencoba menutupnya dengan menusuk saat masuk ke tikungan."
Hanya Quartararo yang terbebas dari kabar burung kendati musim lalu negosiasi perpanjangan kontraknya dengan Yamaha berlangsung alot karena faktor performa motor.
Apakah berarti Quartararo bahagia? Tidak juga. "Saya tidak akan bilang bahwa saya kehilangan motivasi tetapi saya merasa frustrasi," katanya.
"Kecuali tahun pertama saya, pada 2020, 2021, dan 2021, kami bersaing untuk gelar juara dan sekarang kami bersaing untuk mendapatkan poin."
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Crash.net |
Komentar