Kesalahan dari lawan sebenarnya sempat membuka peluang Apriyani/Fadia comeback, ketika kedudukan kembali dekat 13-16.
Tapi harapan itu sirna setelah Chen/Jia meningkatkan tempo serangan hingga merebut kemenangan gim pertama.
Baca Juga: Lampaui Jonatan dan Anthony Ginting, 1 dari 3 Target Besar Kunlavut Vitidsarn Sudah Terwujud
"Performa Apri/Fadia dalam setahun terakhir memang menurun. Kini pada Kejuaraan Dunia 2023, kejuaraan yang begitu penting, mereka bisa kembali ke performa terbaik," kata pelatih ganda putri Indonesia, Eng Hian, dalam siaran resmi PBSI.
Memang belum bisa juara, tetapi menjadi finalis Kejuaraan Dunia itu tetap pantas diapresiasi. Apa yang diraih Apri/Fadia di Kopenhagen tetaplah sebuah prestasi yang layak saya hargai," aku Eng Hian.
Penampilan Apri/Fadia di final, saya sebut bukan anti klimaks. Tetapi, mereka under pressure. Keduanya tak bisa lepas dari tekanan lawan. Tidak bisa mengembangkan pola permainan terbaik."
Menurut Eng Hian, hal itu tampak dari pukulan pengembalian bola, dan beberapa kali banyak membuat kesalahan sendiri.
Pada gim kedua, Apriyani/Fadia kembali start tak bagus. Tertinggal 6-9 dan sempat mendekat, mereka kembali gagal membalikkan situasi.
Apriyani/Fadia tertinggal 6-12. Dalam keadaan tertinggal jauh, sebenarnya di poin ini Apriyani/Fadia sempat mencapai ritme pertandingan.
Mereka mampu merampok tiga angka beruntun hingga 9-12. Namun, defence Apriyani/Fadia hari ini memang sedang tidak bagus, kerap membentur net.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | PBSI.id |
Komentar