Sementara serangan mereka juga sering jatuh di area pertahanan sendiri alias banyak melakukan unforced error.
Chen/Jia sempat beberapa kali melakukan kesalahan yang membuat Apriyani/Fadia diuntungkan sampai mengejar 11-14.
Apriyani/Fadia gagal membalikkan situasi dan tertahan di angka 12.
"Lawan memang harus diakui begitu sarat pengalaman. Dari prestasi dan penampilan yang konsisten, mereka kini adalah ganda putri terbaik dunia," ucap Eng Hian.
"Harapan saya sebelum bertanding, Apri/Fadia bisa meredam kekuatan lawan. Tetapi tampil di final kejuaraan besar seperti Kejuaraan Dunia itu berbeda dan sangat berpengaruh terhadap penampilan Apri/Fadia."
"Saya harapkan dari pertandingan final hari ini, mereka bisa memetik banyak pelajaran."
"Mereka juga harus mempersiapkan teknik, fisik, dan mental ketika akan bertanding di lapangan kembali, terutama menghadapi ajang-ajang besar Kejuaraan Dunia dan di event-event besar lainnya," tutur Eng Hian.
Menurut Eng Hian, pertandingan final kejuaraan dunia harus menjadi pembelajaran mereka ke depan.
"Bagaimana mereka berdua harus bisa memanage ekspektasi dan tetap harus meningkatkan dan membenahi kekurangan yang terjadi pada pertandingan partai final," ujar Eng Hian.
Ganda putri menjadi satu-satunya sektor bagi Indonesia yang belum pernah naik podium kampiun pada kejuaraan dunia.
Capaian Apriyani/Fadia menyamai Verawati Fadjrin/Imelda Wiguna (1980) dan Finarsih/Lili Tampi (1995) yang meraih perak Kejuaraan Dunia.
Baca Juga: Fenomenal, Latvia Berhasil Singkirkan Prancis di FIBA World Cup 2023
Bagi Chen Qing Chen/Jia Yi Fan, mereka sukses mengukir sejarah baru.
Chen/Jia menjadi ganda putri pertama di dunia yang mampu meraih gelar juara dunia tiga kali beruntun (2021, 2022, 2023).
Raihan ini yang paling banyak dengan total raihan empat emas ditambah dari edisi 2017.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | PBSI.id |
Komentar