BOLASPORT.COM - Mantan tunggal putra nomor satu asal India, Kidambi Srikanth sangat mendambakan manisnya medali Asian Games 2022. Ia akan turut serta dibantu dua pelatih asal Indonesia.
Asian Games 2022 yang sedang berlangsung diharapkan menjadi edisi yang manis bagi Kidambi Srikanth yang lolos seleksi untuk memperkuat India.
Tunggal putra berusia 30 tahun itu benar-benar mengincar perolehan medali yang sama sekali belum pernah dicicipinya.
Koleksi medali Kidambi sejatinya sudah cukup banyak di event megah seperti Kejuaraan Dunia (perak), Commonwealth Games (1 emas, 2 perak, 1 perunggu), dan Thomas Cup (emas).
Akan tetapi untuk ajang multi-event empat tahunan seperti Asian Games dan Olimpiade, pencapaian juara Indonesia Open 2017 ini masih nihil.
Di Asian Games Kidambi selalu tersingkir di babak-babak awal dalam dua penampilannya pada Incheon 2014 dan Jakarta-Palembang 2018.
Alhasil, pada Hangzhou 2022, Kidambi sangat bertekad untuk memecah kebuntuannya.
"Saya tidak punya kenangan indah di ajang Asian Games. Dua edisi terakhir saya tidak tampil bagus di nomor individu," kata Kidambi dikutip BolaSport.com dari Times of India.
"Jadi kali ini, jika saya bisa bermain bagus, mungkin saya bisa mencapai sesuatu yang bisa saya banggakan sendiri."
"Sebenarnya ini cukup sederhana, karena saya sudah pernah mendapatkan medali di ajang besar lainnya, kecuali Asian Games dan Olimpiade."
"Dua kompetisi itu hanya diadakan empat tahun sekali. Jadi inilah kesempatan saya untuk melaju dan memanfaatkannya," tandas peraih perak Kejuaraan Dunia 2021 itu.
Di nomor tunggal putra, India sangat jarang berhasil membawa pulang medali pada ajang Asian Games sejak bulu tangkis dilombakan secara resmi pada 1962.
Satu-satunya tunggal putra India yang pernah meraihnya adalah Syed Modi, yang memenangi perunggu pada 1982.
Kidambi sadar bahwa persaingan tunggal putra pada Asian Games 2022 akan jauh lebih sulit dibandingkan beberapa edisi sebelumnya.
Pemain-pemain dari generasi di bawahnya siap mengancam peta persaingan.
Sebut saja juara bertahan Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, Kunlavut Vitidsarn, Weng Hong Yang, Shi Yu Qi sampai junior Kidambi sendiri yaitu Lakshya Sen.
"Ini akan menjadi event paling sulit di bulu tangkis. Olahraga ini didominasi pemain Asia dan pertandingannya akan sulit," kata Kidambi yang berusia 30 tahun.
"Untuk meraih medali, kita benar-benar harus menampilkan yang terbaik, dan berusaha berpikir untuk menjuarai Asian Games."
Selain dari sisi persaingan, Kidambi juga mengalami kendala dari diri sendiri yang belakangan tampil inkonsisten.
Kidambi sering terjebak dalam early exit dengan hanya empat kali dia mencapai perempat final turnamen individu dari 15 yang diikuti.
Sejak bulan Mei lalu, Kidambi mempercayakan dirinya dibimbing pelatih asal Indonesia, Wiempie Mahardi, dari PB Jaya Raya.
Meski demikian, mereka masih jarang berlatih bersama karena Kidambi sibuk melancong untuk mengikuti jadwal turnamen BWF yang padat.
"Pelatih (Mahardi) datang sejak Mei tetapi saya telah bermain di banyak turnamen luar negeri sehingga masih belum terlalu sering latihan bersama," kata Kidambi.
"Saya rasa dia masih berusaha untuk memahami gaya alami permainan saya dan menyiapkan program latihan yang sesuai," tandasnya.
Wiempie Mahardi bukan satu-satunya pelatih asal Indonesia yang datang ke India.
Sebelumnya pelatih legendaris, Mulyo Handoyo, juga merapat untuk mengabdi di pelatnasnya Asosiasi Bulu Tangkis India (Badminton Association of India/BAI).
Pelatih favorit Taufik Hidayat itu pernah membawa Kidambi nangkring di peringkat satu dunia pada 2018 dan berkat empat gelar BWF Super Series pada tahun sebelumnya.
Hanya saja, kali ini Mulyo tak akan fokus di nomor tunggal putra saja. Tetapi juga di tunggal putri sebab ia direkrut sebagai kepala pelatih untuk sektor tunggal.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Times of India |
Komentar