BOLASPORT.COM - Pasangan ganda putri Indonesia, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, menatap Asian Games 2022, Hangzhou, China, 23 September-8 Oktober, dengan optimistis setelah kembali menemukan performa terbaik.
Apriyani/Fadia meraih medali perak Kejuaraan Dunia 2023, perempat final China Open 2023, dan naik podium kampiun pada Hong Kong Open 2023.
Sebelumnya, pada lima dari tujuh turnamen terakhir yang diikuti mereka, selalu berakhir dengan kekalahan pada babak pertama atau kedua.
Pada Singapore Open 2023, Thailand Open 2023 dan Australian Open 2023, Apriyani/Fadia terhenti pada babak 16 besar.
Pada Japan Open 2023 dan Kejuaraan Asia 2023 Apriyani/Fadia langsung tersisih pada babak pertama.
Saat itu, Apriyani/Fadia makin tersudut dan tak tahu apa yang menjadi penyebab inkonsistensi penampilan mereka.
Terlebih seringkali kekalahan mereka juga dihiasi dengan cara unggul duluan, tetapi malah tertikung di akhir.
Setelah debut fantastis sebagai pasangan duet pada tahun lalu, mereka sempat membuat gempar peta persaingan ganda putri dunia. Apriyani/Fadia melesat tajam dengan menumbangkan wakil-wakil top 10.
Namun seiring berjalannya waktu, permainan mereka mulai mudah ditebak lawan. Konsistensi menurun hingga serangan monoton membuat Apriyani/Fadia 'mudah' terjegal.
Tipe main serang mereka yang agresif, kini perlahan dimentahkan dengan reli-reli serang khas ganda putri yang menguras tenaga. Terburu-buru di poin kritis juga sering menjadi penyebab mereka kehilangan angka.
Petualangan Apriyani/Fadia di ajang BWF World Tour masih belum memuaskan sejak terakhir kali menjadi kampiun pada Singapore Open 2022.
Kini, dengan mulai bangkit pada tiga turnamen terakhir, pelatih kepala ganda putri Indonesia, Eng Hian, mengatakan bahwa butuh proses membuat Apriyani/Fadia bangkit.
"Yang saya katakan ke mereka, mau menang atau pulang? ha-ha-ha. Artinya, memang proses perjalanannya panjang," kata Eng Hian ditemui BolaSport.com di pelatnas Cipayung, Jakarta, Rabu (20/9/2023).
"Masalahnya juga panjang untuk mengerti dengan situasi (terpuruk) juga butuh waktu, terutama di sisi Fadia. Dari yang kita tahu, dia hanya nomer dua dengan partner yang lama, terus tiba-tiba dipartnerkan dengan Apriyani, melejit," ucap Eng Hian.
"Tentu harapan, ekspektasi, tekanan semua itu jadi hal yang baru buat dia. Itu yang bikin struggling, pada saat pertandingan berikutnya kalah. Ada omongan tidak bagus, cacian yang tidak bagus, tekanan yang baru, lama lama tambah menumpuk."
"Proses itu yang terus kami komunikasikan. Bagaimana menyelesaikan (masalah), bagaimana menghadapinya dan beradaptasi kondisi seperti itu."
"Ya memang kami tidak bisa bilang akan bagus pada kejuaraan dunia. Alhamdulillahnya bagus ya, tetapi mereka bisa membalikkan. Itu adalah awalnya pada kejuaraan dunia (bangkit), turnamen yang penting. Dan semakin ke sini performa mereka masih sangat stabil," tutur Eng Hian.
Soal performa menurun karena permainan Apriyani/Fadia sudah terbaca lawan, Eng Hian sudah menyiasatinya.
"Ada perubahan game plan dalam pola latihan. Itu memang evaluasi yang kami lakukan di awal. Pastinya evaluasi yang keliatan, teknik, fisik, apa kebutuhan yang kemarin sebelum mereka juara itu mereka kondisinya di mana ya kami terus naikkan," kata pelatih 46 tahun itu.
"Namun, setelah kondisi data itu ternyata dan hasilnya malah menurun, ini ada apa? Jadi, kami mencari sumber yang lain, level latihan, data yang kelihatan tidak ada masalahnya malah naik tapi hasilnya turun. Berarti harus ada yang dievaluasi di sisi lain, seperti itu."
Pada Asian Games 2018, sektor ganda putri Indonesia menyumbang medali perunggu melalui penampilan Greysia Polii/Apriyani Rahayu.
"Kalau target itu sudah pasti begini. Setiap pemain tidak ada yang mau kalah, setiap pemain pasti mau jadi juara, tetapi saya berpesan ke Apri/Fadia untuk kembali lagi. Pelajaran kemarin diambil jangan dijadikan ekspektasi kamu keinginan kamu keinginan orang lain."
"Apalagi tekanan itu jangan dijadikan batu sandungan. Jalani satu demi satu seperti itu, jadi kalau mau bicara target sudah jangab dikhawatirkan. Kami pasti maunya juara," ujar peraih medali perunggu ganda putra pada Olimpiade Athena bersama Flandy Limpele itu.
Menurut pria yang akrab disapa dengan Didi itu menuju Asian Games yang paling dijaga dari sektor ganda putri adalah menjaga kondisi fisik agar tidak cedera.
"Itu yang paling pertama dulu. Kalau untuk masalah mental saya bilang mereka juga sudah siap ya karena mereka sudah tahu kondisinya. Jadwal yang mereka jalani itu sudah seperti itu," ucap Eng Hian.
"Mereka sudah komitmen jadi ya sekarang ini lebih fokus ke penjagaan itu supaya teknik fisik tidak cedera."
Saat dikonfirmasi apakahada punishment and reward pada sektor ganda putri, Eng Hian mengaku tidak memberi hukuman berupa pengurangan jumlah turnamen yang akan diikuti.
"Kalau turnamen yang sudah kami jadwalkan saya berusaha untuk tidak memberikan pengurangan karena itu sudah masuk program. Tetapi, saya berikan kalau masuk target malah saya kasih lebih, (turnamen)," ujar Eng Hian.
"Kalau dibilang punishment nanti, ini masuknya proses pembinaan mereka dengan jumlah turnamen dan jangka waktu turnamen yang sudah kita atur."
"Jadi, karena saya menganggap anak-anak sudah cukup dewasa, mereka sudah lebih saya tuntun untuk bertanggung jawab ke karier mereka," kata Eng Hian.
Selain Apriyani/Fadia, ganda putri Indonesia lainnya yang dikirim ke Asian Games 2022 adalah Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi.
Baca Juga: Bulu Tangkis Asian Games 2022 - 'Jurus Senyum' Tetap Akan Digunakan Apriyani Saat Debut dengan Fadia
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar